kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.053   69,54   1,00%
  • KOMPAS100 1.055   14,86   1,43%
  • LQ45 830   12,77   1,56%
  • ISSI 214   1,32   0,62%
  • IDX30 423   7,30   1,75%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 120   1,70   1,44%
  • IDXV30 125   0,84   0,68%
  • IDXQ30 141   2,15   1,55%

Ada kebijakan WFH, bank lebih untung atau malah buntung?


Rabu, 08 April 2020 / 16:23 WIB
Ada kebijakan WFH, bank lebih untung atau malah buntung?
ILUSTRASI. Suasana di salah satu unit kerja bank di Jakarta beberapa meja kerja tampak lowong, Senin (23/3). Mayoritas perusahaan termasuk perbankan telah menetapkan kebijakan kerja dari rumah (Work From Home/WFH)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/23/03/2020.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak beberapa pekan terakhir, Pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah guna mengurangi potensi penyebaran virus corona (Covid-19). Praktis, mayoritas perusahaan termasuk perbankan telah menetapkan kebijakan kerja dari rumah (Work From Home/WFH).

Nah, menurut beberapa bankir kebijakan WFH memang dalam satu sisi bisa dikatakan malah menghemat pengeluaran atau biaya operasional perbankan. Namun, pada sisi lain hal ini juga menghambat proses operasional perusahaan yang lambat laun bisa berdampak pada berkurangnya pendapatan.

Baca Juga: BI catat total penjualan marketplace masih meningkat di bulan Februari 2020

Bila hal ini berlanjut secara jangka panjang, maka bukan tidak mungkin rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perbankan bisa saja menggemuk alias kurang efisien. Meski begitu, dampak kebijakan WFH terhadap BOPO menurut Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha masih belum akan terlihat. "Kalau untuk di Februari 2020 belum terlihat, karena kebijakan WFH baru dimulai pada bulan Maret," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/4).

Pria yang karib disapa Ferdi ini berharap BOPO bisa menurun agar arus kas perusahaan tetap terjaga. Kabar baiknya, Bank Jatim merupakan salah satu bank dengan BOPO yang terbilang rendah yakni 64,51% per Februari 2020. Artinya proses kerja perusahaan saat ini cukup efisien.

Begitu pula dengan bank raksasa seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Secara singkat, Direktur BCA Santoso Liem mengatakan sejatinya operasional perbankan tetap berjalan kendati sedang dalam situasi pandemi Covid-19.

Di sisi lain, BCA menilai pengelolaan operasional perseroan saat ini sudah jauh lebih efisien sejak adanya optimalisasi transaksi nasabah melalui layanan perbankan digital dan transaksi non tunai.

Baca Juga: OJK tegaskan layanan jasa keuangan di Jakarta tetap dapat beroperasi selama PSBB

Sebagai gambaran saja, saat ini tercatat 98% transaksi nasabah BCA telah menggunakan layanan perbankan digital. "Pertumbuhan transaksi menggunakan BCA Mobile tahun lalu juga tercatat mencapai 99,2% year on year (yoy), sedangkan internet banking mencapai 10,8% yoy," terang Santoso.

Memakai asumsi tersebut, BOPO BCA seharusnya masih bakal terjaga dalam batas aman kendati ada kebijakan WFH. Lihat saja, laporan keuangan Februari 2020 BCA mencatat total pendapatan operasional nyatanya masih tumbuh tunggu 18,21% secara yoy menjadi Rp 5,47 triliun. Secara persentase, pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan beban operasional BCA yang naik 16,02% yoy menjadi Rp 8,34 triliun di periode yang sama.

Sementara itu, bank menengah seperti PT Bank Mayapada Internasional Tbk mengatakan bisa saja BOPO malah meningkat. Sebab, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengatakan dalam rasio efisiensi, bukan hanya komponen pendapatan dan beban operasional saja yang dihitung melainkan ada biaya pembentukan pencadangan (CKPN). "Kami belum hitung apakah kebijakan WFH beban bank bertambah atau berkurang. Namun dalam perhitungan BOPO tergantung pada kualitas kredit ke depan," sebutnya.

Baca Juga: Ada penerapan PSBB, BI pastikan layanan bank sentral tetap berjalan normal

Artinya, bila kondisi ekonomi terus mengalami perlambatan maka kemampuan membayar kredit debitur bakal ikut melambat. Walhasil, bank pun harus meningkatkan pencadangan guna menjaga kualitas kredit tetap ada di level aman.

Sedangkan PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) beranggapan dengan adanya kebijakan pemerintah maka aktivitas operasional perbankan bakal menurun drastis. "Semestinya BOPO akan mengalami penurunan," ujar Direktur BWS I Made Mudiastra.

Namun, seperti yang dikatakan sebelumnya posisi pendapatan operasional bank juga akan tergerus dan pastinya akan mempengaruhi BOPO. Kendati BOPO Bank BWS ada di level 80,2% per Februari 2020 posisi ini menurutnya bisa saja meningkat. Walhasil, Made pun mengungkap kalau hampir seluruh industri sedang mengkalkulasi ulang proyeksi di tahun ini.

"Belum tahu dampaknya akan seberapa besar, yang jelas aktivitas ekonomi berkurang sudah pasti pendapatan akan berpengaruh (turun)," sambungnya.

Baca Juga: Catat, ini lima bank yang menawarkan bunga deposito paling tinggi

Sebagai tambahan informasi saja, merujuk data OJK posisi BOPO perbankan per Januari 2020 berada di level 83,49% menurun dari tahun sebelumnya yang sempat sebesar 87,79%. Tapi faktanya, rasio BOPO ini merupakan yang paling tinggi sejak 11 bulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×