kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.521.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.656   -53,00   -0,34%
  • IDX 7.788   -1,42   -0,02%
  • KOMPAS100 1.207   0,14   0,01%
  • LQ45 955   0,37   0,04%
  • ISSI 235   -0,75   -0,32%
  • IDX30 493   0,55   0,11%
  • IDXHIDIV20 587   -1,48   -0,25%
  • IDX80 137   -0,05   -0,03%
  • IDXV30 143   -0,04   -0,03%
  • IDXQ30 163   -0,09   -0,06%

Analis: 2013, kredit bank tumbuh di bawah 20%


Senin, 12 November 2012 / 09:59 WIB
Analis: 2013, kredit bank tumbuh di bawah 20%
Pemerintah optimistis target penerimaan PPh di 2022 bisa tercapai.


Reporter: Roy Franedya |

JAKARTA. Meski laju penyaluran kredit melambat, Bank Indonesia (BI) menilai, pertumbuhan kredit masih normal. Bank sentral meyakini, penurunan kredit pada semester II ini masih sesuai dengan fundamental Indonesia.

Gubernur BI Darmin Nasution melihat, penurunan kredit lebih disebabkan perlambatan ekonomi global yang memberikan tekanan pada ekspor. "Ekonomi memang sedikit melambat yang kemudian berpengaruh pada kecepatan kredit," ujarnya pekan lalu.

Tapi, menurut dia, penurunan pertumbuhan kredit tidak perlu dikhawatirkan lantaran kredit investasi masih tumbuh tinggi. Tahun ini, kredit investasi meningkat di atas 26%. Aliran kredit produktif ini menandakan sektor riil masih bergerak. "Pertumbuhan kredit 22%-23% masih masuk akal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 6,3%," tambahnya.

Berdasarkan data BI, pertumbuhan kredit perbankan cenderung melambat Agustus dan September lalu. Tahun ini, kredit perbankan selalu tumbuh di atas 24% secara tahunan. Namun, pada periode setahun terakhir hingga akhir Agustus lalu, kredit hanya tumbuh 23,6% dan di akhir September hanya tumbuh 22,9% menjadi Rp 2.555,41 triliun. Rendahnya pertumbuhan kredit modal kerja jadi penghambat kinerja kredit.

Secara sektoral, perlambatan kredit terjadi di sektor perdagangan, jasa dunia usaha, dan jasa sosial. Penurunan kredit sektor perdagangan sejalan dengan turunnya kinerja ekspor dan impor.

Adapun pertumbuhan kredit terbesar pada kuartal tiga 2012 dicatatkan sektor pertanian dan konstruksi yang masing-masing tumbuh 35% dan 32% setahun terakhir.

Jika kita tilik berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit valuta asing dan rupiah juga mengalami perlambatan. Agustus lalu, kredit valas hanya tumbuh 22,5% menjadi Rp 409,18 triliun dan kredit rupiah tumbuh 23,4% menjadi Rp 2.146,26 triliun. Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Saat itu kredit valas tumbuh 22,6% dan rupiah tumbuh 23,85%.

Pertumbuhan kredit ini memang sudah diprediksi beberapa analis. Bahkan, para analis meramal, kredit perbankan tahun depan tumbuh di bawah 20%. Ketidakpastian ekonomi global dan penurunan harga komoditas jadi penyebabnya. Sebab, dalam kondisi ini, perusahaan cenderung memangkas produksi.

Agar perlambatan kredit tidak mengganggu kinerja keuangan, bank akan semakin giat meningkatkan efisiensi. "Tahun depan pertumbuhan ekonomi bisa lebih rendah dari tahun ini sehingga mempengaruhi permintaan kredit," ujar Investment Research UBS Securities, Josua Tanja.

Pengamat perbankan Avilani memandang, sejatinya, kredit masih bisa tumbuh tinggi. Syaratnya, perusahaan memaksimalkan kredit investasi. Selama ini, korporasi jarang memanfaatkan kredit investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi. "Mesin-mesin mereka umurnya sudah tua. Jika mereka meremajakan mesin, kapasitas meningkat dan dengan sendirinya, kredit modal kerja meningkat," kata Komisaris Independen BRI ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×