kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank daerah harus menambah modal


Senin, 29 Juli 2013 / 11:56 WIB
Bank daerah harus menambah modal
ILUSTRASI. Suasana sebuah pusat belanja di Jakarta Selatan. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengingatkan kepada Bank Pembangunan Daerah (BPD) agar meningkatkan kapasitas modalnya. Hal ini akan memudahkan bank daerah tersebut untuk bersaing, terutama dengan bank besar di tanah air.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan, saat ini kompetisi antar bank semakin ketat. Apalagi Indonesia juga akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asena (MEA) 2015.

"Permodalan yang kuat diperlukan karena persaingan ke depan tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga tingkat regional," kata Halim saat diskusi "Kiprah Bank Milik Pemda di Kancah Nasional" di Hotel JS Luwansa, Sabtu (27/7/2013).

Halim menambahkan, dari 26 BPD yang ada, hanya tiga bank yang memiliki modal yang cukup kuat, yaitu minimal Rp 2 triliun. Bank tersebut adalah PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR), PT Bank Jatim dan PT Bank DKI. Sementara bank yang memiliki modal Rp 1 triliun juga hanya tiga bank dan sisanya hanya bermodal di bawah Rp 1 triliun bahkan ada yang masih Rp 200 miliar.

Padahal, kata Halim, agar bank tersebut juga berperan dalam perekonomian, bank ini harus melakukan tugasnya untuk ekspansi kredit mendukung perekonomian di daerahnya. Bagaimanapun, fungsi utama BPD adalah agen pembangunan di daerah. Sehingga BI mengharapkan BPD bisa membiayai sektor riil produktif untuk menggerakkan perekonomian di daerahnya.

Hingga Mei 2013, total aset perbankan nasional mencapai Rp 4.418,7 triliun. Sementara total aset kelompok BPD mencapai Rp 405,3 triliun atau hanya memiliki porsi sebesar 9,2% dari total aset perbankan nasional. "Porsi kelompok BPD tersebut mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir walaupun relatif lambat," tambahnya.

Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan, pemerintah provinsi Jawa Barat berkomitmen kuat untuk memperkuat permodalan PT Bank Jabar Banten (BJB). Penguatan modal bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti penerbitan saham baru (right issue), penerbitan surat utang (obligasi), penyisihan laba (laba ditahan) atau pemprov Jabar membeli saham yang beredar di publik.

BJB sendiri merupakan BPD pertama yang telah menjadi perusahaan publik sehingga penguatan modal dilakukan dengan cara aturan perusahaan yang berlaku di pasar modal. Pada 2010 Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyuntik modal sebesar Rp 206 miliar guna mendorong ekspansi perseroan.

"Kami selaku pemegang saham akan mendorong BJB meningkatkan kualitas IT dan SDM agar ke depan semakin mampu bersaing dengan bank-bank lain," kata lelaki yang sering disapa Aher.

BJB tahun ini menambah 2.000 orang guna memperkuat SDM yang dimiliki guna mempercepat pertumbuhan bisnis perusahaan. Sementara dari segi IT dan infrastruktur akan ditingkatkan berupa penyediaan mesin ATM dan memperlancar jaringan perbankan.

Pemprov Jabar mengharapkan Direksi Bank BJB bisa meningkatkan kinerja perseroan tahun ini dengan menargetkan laba Rp 1,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat 33,3% dibandingkan perolehan di periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,2 triliun. Target ini, kata Ahmad, bukan tidak mungkin dicapai mengingat setiap tahunnya laba BJB terus meningkat dari hanya ratusan miliar hingga bisa menyentuh triliunan.

Hal ini, juga diikuti dengan kinerja sahamnya di pasar modal. Sejak pertama kali melantai di pasar modal saham BJB terus melonjak dari pertama kali dicatatkan Rp 600, saat ini sudah mencapai sekitar Rp 1.100-Rp 1.200.

Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko BJB Zainal Arifin menyatakan, rasio kecukupan modal (CAR) BJB mencapai 16 persen dan ini merupakan tingkat CAR yang amat sehat. Namun manajemen akan tetap meminta pemegang saham untuk memperkuat permodalan BJB guna mendukung ekspansi dan pertumbuhan bisnis ke depan.

"Berbagai pilihan yang akan dilakukan untuk memperkuat modal yakni penerbitan saham baru dan menyisihkan laba perseroan (laba ditahan)," kata Zainal.

BJB juga akan terus mengurangi rasio kredit bermasalah (NPL) yang saat ini NPL net mencapai 2,3%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan pencapaian sebelumnya yang sempat mencapai sekitar 3%. Target NPL pada tahun ini akan mencapai 1,9%-2,1% guna mendorong BJB semakin sehat dalam keuangannya. (Didik Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×