Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank mulai memperkecil porsi penyaluran kreditnya melalui skema channeling dengan mitra perusahaan fintech. Bahkan ada yang sudah tidak menyalurkan kreditnya lagi melalui fintech.
Selama ini, mayoritas bank-bank digital menyalurkan kreditnya melalui channeling bekerjasama dengan fintech. Ambil contoh PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
Direktur Bisnis Bank Neo Commerce, Aditya Windarwo, mengatakan, saat ini porsi penyaluran kredit melalui channeling tercatat 42% dari total kredit Bank Neo Commerce per Maret 2024.
Adapun total penyaluran kredit Bank Neo Commerce tercatat sebesar Rp 9,40 triliun, jika dihitung setidaknya sekitar Rp 3,9 triliun disalurkan BBYB melalui channeling pada kuartal I-2024.
Baca Juga: Kredit Bank Jatim ke Debitur Berorientasi Ekspor Naik 136% Tahun Lalu
Namun Aditya menyebut kedepan pihaknya akan fokus memperbesar porsi penyaluran kredit secara langsung atau direct loan melalui aplikasi neobank.
"Ke depannya kami akan tingkatkan porsi penyaluran kredit secara direct kepada nasabah, agar bunganya bisa lebih kompetitif dan bank bisa mengontrol kualitas kreditnya," kata dia kepada Kontan, Selasa (21/5).
Sementara itu, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) juga akan fokus pada penyaluran kreditnya secara langsung melalui aplikasi mobile banking. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan, penyaluran kredit melalui channeling belum menjadi fokus utama Allo Bank saat ini.
"Pertimbangannya dengan skema direct lending ini, Bank dapat memberikan bunga yang kompetitif langsung ke nasabah dan mempertahankan margin yang atraktif dibandingkan dengan skema channeling melalui fintech," kata Indra kepada Kontan.
Lebih lanjut Indra mengatakan penyaluran kredit langsung juga merupakan upaya bank dalam membangun kepercayaan nasabah terkait privasi data dan keamanan siber.
Baca Juga: BCA Digital Gandeng Garuda Indonesia Luncurkan Kartu Debit Co-Branding
Dengan demikian, proses pemberian kredit Allo Bank telah memiliki standard keamanan dan cybersecurity yang tinggi mengikuti regulasi Bank Indonesia dan OJK, sehingga perlindungan transaksi dan data nasabah lebih aman.
Adapun strategi untuk meningkatkan penyaluran kredit langsung, Allo Bank menjalin kemitraan strategis dengan berbagai ekosistem, terutama Group CT Corpora. Indra menyebut strategi kolaborasi ini dapat menghasilkan peningkatan scope layanan dan perluasan jangkauan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan atas produk dan jasa mitra ekosistem
"Mengingat seluruh proses dikontrol langsung, maka kami dapat memastikan tidak hanya proses akuisisi dan marketing (yang dioptimalkan lewat personalization dan data analytics), tetapi juga proses credit underwriting untuk menjaga kualitas kredit berjalan sesuai dengan ketentuan internal Bank," kata Indra.
Allo Bank sendiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 6,83 triliun pada Kuartal I-2024.
Di sisi lain, bank umum konvensional juga nampaknya sudah mulai meninggalkan strategi channeling dengan fintech dalam menyalurkan kreditnya.
Ambil contoh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta ini sebelumnya sempat bekerjasama dengan fintech lending, namun EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, saat ini perseroan tengah meninjau kembali kerjasama penyaluran kredit produktif peer to peer (P2P) lending atau fintech.
"Per 31 Maret 2024, belum ada portofolio aktif P2P lending atau fintech yang tercatat. Kami juga senantiasa mencermati dan mengukur risiko kredit secara berkala untuk memastikan tidak adanya kenaikan risiko yang signifikan," kata Hera kepada Kontan.
Baca Juga: Penyaluran Kredit ke Sektor Smelter Diproyeksikan Ngegas Tahun Ini
Senada, PT Bank Danamon Indonesia Tbk(BDMN) juga belum memiliki kerjasama lagi melalui channeling dengan fintech saat ini.
Consumer Lending Business Head Danamon, Enriko Sutarto, mengatakan, pihaknya akan terus mengkaji tren inovasi teknologi dalam industri keuangan dan senantiasa terbuka pada peluang untuk berbagai pola kerja sama dengan sektor fintech, termasuk channeling .
"Tentunya, Danamon akan melaksanakan proses ini dengan diiringi prinsip kehati-hatian, terutama terhadap risiko-risiko yang dapat ditimbulkan di kemudian hari," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News