kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Ina: Laba turun akibat memupuk CKPN


Rabu, 08 November 2017 / 12:58 WIB
Bank Ina: Laba turun akibat memupuk CKPN


Reporter: Yoliawan H | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring penurunannya suku bunga deposito oleh perbankan turut mempengaruhi terhadap cost of fund (COF) atau biaya dana yang dikeluarkan oleh bank tersebut. PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) juga turut merasakan perubahan biaya dana saat ini.

Menurut Direktur Utama Bank Ina Edy Kuntardjo, biaya dana turut berpengaruh terhadap laba. Apalagi tercatat raihan deposito Bank Ina cukup besar sekitar Rp 1,59 triliun per September 2017, jadi bank harus menyiapkan dana untuk COF tersebut.

Loan to deposit ratio (LDR) Bank Ina memang masih rendah sekitar 70%, sehingga banyak dana idle yang berdampak pada profit bank,” ujar Edy kepada Kontan.co.id, Rabu (8/11).

Edy menjelaskan lebih lanjut, seiring tren bunga deposito yang turun, COF bertengger di angka 6,6%. Itu dikarenakan masih dominannya porsi deposito saat ini. Tercatat net interest margin (NIM) Bank Ina sekitar 4,5%.

Menurut laporan keuangan per September 2017, laba Bank Ina juga anjlok hingga 46% sebesar Rp 8,07 miliar, turun dari September 2016 sebesar Rp 20,72 miliar.

Menurut Edy hal itu disebabkan adanya pemupukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

“Pendapatan bunga bersih tren masih meningkat stabil namun karena pemupukan CKPN laba bank menurun. Saat ini yang penting bank jangan merugi karena bisa menggerus capital adequacy ratio (CAR) dan harus tambah modal bila rasionya mepet. CAR Bank Ina masih tinggi di angka 72 %,” jelas Edy.

Edy menuturkan, perbankan nasional secara umum memiliki profit yang bervariasi. Ada yang tinggi tapi masih merugi karena NPL yang harus membentuk CKPN. “Jika bank di tahun 2016 CKPN nya tinggi dan 2017 bisa menurunkan, tentu labanya akan tinggi,” tambah Edy.

Edy melanjutkan, tentu COF berpengaruh terhadap laba karena COF ditentukan dari cost of money dan overhead cost. Ke depan bank yang lebih efisien dapat memberikan bunga kredit lebih rendah dan mempunyai daya saing yang kuat.

“Target laba di akhir tahun sekitar Rp 15 miliar. Saat ini laba masih di angka Rp 8 miliar. Strateginya ialah kredit ditingkatkan dan NPL bisa turun,” tutup Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×