Reporter: Roy Franedya |
JAKARTA. Tahun depan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi bank-bank kecil. Selain harus menyesuaikan diri dengan beberapa aturan anyar Bank Indonesia (BI), bank bermodal mini ini juga harus mewaspadai krisis likuiditas. Hal ini disebabkan ekspansifnya penyaluran kredit sepanjang 2012, yang tak seimbang dengan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Walhasil, rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) meningkat.
Ada beberapa hal yang menyebabkan bank kecil harus mewaspadai likuiditas. Pertama, terbatasnya sumber pendanaan. Selama ini ekses likuiditas menumpuk di bank-bank besar. Saat yang sama, bank kecil sulit mendapatkan dana dari Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan terbatasnya akses pada pasar obligasi.
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Oktober 2012, total simpanan bank berukuran sangat kecil yakni bank dengan aset di bawah Rp 1 triliun hanya senilai Rp 6,62 triliun. Kreditnya Rp 5,3 triliun. Artinya ekses likuiditas di bank jenis ini hanya Rp 1,32 triliun. Adapun jumlah rekening sebanyak 275.928 unit.
Untuk bank kecil yakni dengan aset antara Rp 1 triliun sampai 10 triliunjumlah simpanan Rp 189,1 triliun dengan total pembiayaan Rp 158,13 triliun. Jadi, ekses likuiditas sebanyak Rp 30 triliun dengan total rekening 6,25 juta unit.
Kedua, ketergantungan yang tinggi pada deposito. Kebanyakan deposito di bank sangat kecil dan kecil merupakan simpanan yang tidak dijamin LPS karena mereka memberikan benefit lebih tinggi dari LPS rate atau nilai simpanannya di atas Rp 2 miliar. Dana ini juga mudah pindah jika terjadi masalah pada bank.
Data LPS menunjukkan, ada 180.000 rekening yang nilainya di atas Rp 2 miliar dan menguasai 53% dari total simpanan yang mencapai Rp 3.119,55 triliun. Pada bank sangat kecil, sebesar 75,53% dananya berbentuk deposito. Sementara di bank kecil jumlah deposito mencapai 54,42%.
Kepala Eksekutif LPS, Mirza Adityaswara, mengingatkan kondisi ini harus diwaspadai. Jangan sampai keadaan tahun 1996-1997 terulang. Saat itu, LDR mencapai 120%, ketika goncangan datang perbankan langsung kolaps. "Tahun depan bank kecil harus mengendalikan penyaluran kreditnya," ujar, pekan lalu.
Ekonom LPS, Mohammad Doddy Arifianto mengatakan ancaman kekeringan likuiditas di bank kecil karena tidak adanya pembagian yang jelas pada pasar DPK.
Selama ini bank besar bisa mengambil DPK di daerah tertentu tetapi belum tentu menyalurkan kreditnya pada daerah tersebut. "Harusnya regulator perbankan mengatur hal ini, bila tidak bank kecil tidak akan berkembang," ujarnya.
Direktur Utama Bank Index Selindo Charlie Paulus, mengatakan tahun depan target kredit bank kecil akan konservatif. Bank harus menyesuaikan bisnisnya dengan aturan lisensi berjenjang. "Fokus tahun depan meningkatkan modal sementara DPK disesuaikan dengan pertumbuhan kredit," ujarnya. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News