kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berlomba naik BUKU, persaingan makin ketat


Selasa, 03 Desember 2019 / 19:01 WIB
Berlomba naik BUKU, persaingan makin ketat
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di KCP Bank Danamon Jakarta, Jumat (25/10). PT Bank Danamon Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih setelah pajak Rp 2,59 triliun pada 9 bulan pertama tahun ini atau kuartal III-2019, laba tersebut turun 15% dari periode yang sama tahun


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pertumbuhan kredit yang landai, sejumlah bank kecil pasang target untuk segera naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3. Ditambah dengan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) yang telah menjadi BUKU 4, persaingan industri perbankan diprediksi bakal makin ketat.

Meningkatkan kelas BUKU memang jadi salah satu langkah yang bisa diambil bank guna mendongkrak kinerjanya. Sebab, makin tinggi kelas BUKU bank, makin luas pula layanan dan jangkauan yang dimiliki bank.

Baca Juga: Sesuaikan tarif, begini besaran saldo deposito BNI efektif per 5 Desember 2019

PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) misalnya tahun depan menargetkan untuk bisa jadi BUKU 3. Juru Bicara perseroan Rully Nova menjelaskan guna menunaikan target tersebut perseroan bakal meningkatkan modal inti dengan menahan laba.

“Kami masih optimistis bisa naik BUKU 3 dengan secara organik melalui laba ditahan pada 2020,” katanya kepada Kontan.co.id.

Per September 2019, modal inti perseroan tercatat senilai Rp 4,60 triliun. Sehingga untuk mencapai BUKU 3 dengan modal inti di atas Rp 5 triliun, perseroan masih butuh Rp 400 miliar.

Nilai tersebut berpotensi besar dapat diraih perseroan hingga akhir tahu, sebab dari laporan keuangan Oktober 2019 perseroan telah laba bersih senilai Rp 454,61 miliar. Sementara tahun lalu, perseroan berhasil meraih laba bersih senilai Rp 537,97 miliar.

Baca Juga: Bank Royal vs Bank Artos, persaingan bank digital makin seru

“Hingga akhir tahun kami menargetkan bisa meraih pertumbuhan laba bersih 10% dibandingkan akhir 2018,” lanjut Rully.

Adapula PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) yang ambil langkah lebih agresif untuk naik ke BUKU 3 via rights issue. Perseroan bakal menggelar aksi tersebut pertengahan Desember mendatang dengan melepas 32 miliar saham baru dengan nominal Rp 100.

Jika harga pelaksanaan sesuai harga nominal saja, perseroan akan dapat menghimpun dana Rp 3,2 triliun dan otomatis masuk ke BUKU 3. Sebab per September 2019 modal inti perseroan tercatat senilai Rp 2,17 triliun.

Dalam prospektusnya, perseroan menyatakan aksi naik kelas menjadi BUKU 3 direncanakan agar perseroan dapat memperluas jangkauan kredit korporasinya, terutama yang berasal dari luar Indonesia.

Salah satu beda layanan antara BUKU 2, dan BUKU 3 memang soal jangkauan pemberian kredit. BUKU 3 diperbolehkan untuk menyalurkan kredit di wilayah Asia. Sementara BUKU 2 hanya dapat menyalurkan kredit kepada debitur lokal.

Sebagai catatan, dalam aksi rights issue tersebut perseroan juga telah memiliki pembeli siaga yaitu PT SInar Mas Multiartha Tbk (SMMA). Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia Direktur Utama Sinar Mas Doddy Susanto menyatakan pihaknya telah menyiapkan dana Rp 1,28 triliun dari kas perseroan untuk mengeksekusi jatah yang ditinggalkan para pemilik saham Bank CCB Indonesia.

Baca Juga: Rupiah di pasar spot menguat hari ini, berikut penopangnya

Calon BUKU 3 lainnya ada PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) yang juga bakal mengandalkan penambahan modal untuk meningkatkan kelasnya. Bedanya, penambahan modal perseroan bakal dilakukan secara bertahap dan hanya berasal dari pemegang saham pengendalinya yaitu Apro Financial.

“Target naik BUKU 3 kami pada 2025, pemegang saham akan tambah modal Rp 500 miliar per tahun sampai modal inti kami mencapai Rp 5 triliun,” kata Direktur Bank Oke Efdinal Alamsyah kepada Kontan.co.id.

Akhir November lalu, perseroan juga telah menyelesaikan aksi penambahan modal dari Apro Financial senilai Rp 500 miliar. Hingga 2025 artinya perseroan bakal menerima tambahan suntikan modal hingga Rp 2,5 triliun.

Baca Juga: Dapat suntikan modal dari BCA, Bank Royal didorong naik ke kelas BUKU II

Dalam prospektusnya, tambahan modal Apro Financial bakal digunakan untuk ekspansi kredit. Sementara dalam jawabannya ke Bursa Efek Indonesia perseroan menyatakan hasil dana tersebut akan digunakan akan digunakan untuk mengejar target penyaluran kredit senilai Rp 5 triliun hingga akhir 2019.

Per Oktober 2019, Bank Oke telah berhasil menyalurkan kredit Rp 3,30 triliun. Adapula nilai modal inti perseroan per September 2019 senilai Rp 1,40 triliun. Sebagai catatan, Efdinal bilang tambahan modal Rp 500 miliar dari Apro saat ini masih dalam persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk diklasifikasikan sebagai modal inti.

Meskipun targetnya menjadi BUKU 3 masih cukup lama, Efdinal bilang kini perseroan juga mulai mendiversifikasi produk dan layanannya. Misalnya, Agustus lalu Bank Oke telah meluncurkan produk payroll loan, dan merchant loan. Akhir November lalu, perseroan juga merilis produk anyar berupa bancassurance.

“Strategi kami ke depan tak akan berhadapan secara langsung dengan bank besar, kami akan berkolaborasi dengan Tekfin dan memperkenalkan produk baru yang inovatif guna memenuhi kebutuhan nasabah,” sambung Efdinal.

Strategi yang mumpuni memang mutlak dibutuhkan bagi para bank cilik yang hendak naik kelas ke BUKU 3. Sebab, tanpa ada BUKU 3 baru, persaingan sudah sangat ketat. Sebagai catatan, per September 2019 dengan jumlah 25 bank, loan to deposit ratio (LDR) BUKU 3 telah mencapai 101,58%.

“Di BUKU 3 persaingan memang lebih berat karena LDR sudah di atas 100%. Meskipun secara industri konsentrasi dana pihak ketiga (DPK) dan kredit memang masih ada di BUKU 4,” kata Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Perbankan mulai batasi kredit valas, ini alasannya

Kondisi ini tentu bakal bikin persaingan industri perbankan bakal makin sengit. Apalagi, di kelas BUKU 4 ada pendatang baru yaitu PT Bank Danamon Tbk (BDMN).

Danamon berhasil masuk BUKU 4 pasca jual 70% saham entitas anaknya yaitu PT Asuransi Adira Dinamika kepada Zurich Insurance Company Ltd. Penjualan yang ditaksir mencapai nilai Rp 3,9 triliun ini yang bakal mendongkrak modal inti perseroan.

Per September lalu, modal inti individual Bank Danamon tercatat senilai Rp 29,67 triliun. Sedangkan modal inti konsolidasinya mencapai Rp 36,88 triliun.

“Tanpa penjualan ini kami akan tetap menjadi BUKU 4 pada 2020 mendatang. Namun dengan adanya transaksi ini, sekarang kami sudah menjadi BUKU 4, jadi lebih cepat. Sementara proses ke OJK sedang dalam proses,” kata Wakil Direktur Utama Bank Danamon Michellina Triwardhany saat jumpa pers, Jumat (29/11).

Baca Juga: Tahun depan, Palo Alto Networks fokus edukasi pelanggan proteksi data

Masuknya Danamon ke kelas BUKU 4 juga bakal meningkatkan pangsa pasar BUKU 4 secara industri. Kalkulasi sederhananya, Danamon bakal menambah hingga 2% pangsa pasar kredit dan DPK BUKU 4 terhadap industri perbankan.

Sedangkan per September 2019 Nilai kredit yang disalurkan perbankan nasional mencapai Rp 5.580,71 triliun dengan penghimpunan DPK senilai Rp 5.891,91 triliun. Dari nilai tersebut BUKU menguasai pangsa pasar kredit sebesar 53,87% dengan nilai Rp 3.006,08 triliun dan sebesar 54,98% pangsa pasar DPK senilai Rp 3.239,65 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×