Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal untuk menurunkan bunga acuan BI alias BI rate. Namun, pengamat dan bankir ragu bank sentral benar-benar akan memangkas bunga.
Deputi Gubernur BI Miranda Goeltom mengatakan, bulan ini BI menahan BI rate setelah terus-menerus menaikkan BI rate dari 8% pada bulan Mei 2008, "Tapi untuk memutuskan penurunan bunga, kami masih harus memonitor tekanan inflasi dan ekspektasi ke depan," kata Miranda seperti dikutip Bloomberg, (11/11).
Sinyal serupa juga keluar dari Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad, kemarin. "Jika inflasi bulan ini merosot, ada kesempatan bagi BI untuk melakukan manuver-manuver kebijakan," tutur Muliaman.
BI mempunyai perkiraan angka inflasi pada akhir tahun di kisaran angka 11,5% sampai dengan 12,5%. Pada 2009 mendatang, angka inflasi tersebut akan turun ke angka 7,5%.
Perbankan sambut dingin
Tetapi ternyata bankir dan ekonom menyambut dingin sinyal penurunan bunga. Mereka memprediksikan, bulan Desember BI tetap kokoh mempertahankan bunga sebesar 9,5%.
Direktur PT Bank Mega Kostaman Tayib menuturkan, BI menjaga ekspektasi inflasi agar tidak tinggi. Karenanya kemungkinan pada bulan Desember nanti BI tetap mempertahankan bunga acuan sebesar 9,5%.
Kostaman mengaku, sebenarnya yang ideal adalah BI menurunkan bunga acuan pada akhir tahun sebesar 25 basis poin menjadi 9,25%. "Jadi, perbankan bisa menyesuaikan suku bunganya di pasar," katanya.
Ekonom PT BCA Tbk. David Sumual punya pendapat yang sama. Meskipun perbankan menginginkan penurunan bunga acuan, bank sentral tetap ngotot mempertahankan BI rate sebesar 9,5%. Alasan bank sentral untuk mempertahankan tingkat bunga tinggi apalagi kalau bukan untuk menjaga rupiah dari tekanan pasar.
David menilai, rupiah masih tertekan oleh pasar sehingga BI belum berani menurunkan bunga acuan. Apalagi, kebijakan penurunan bunga acuan bisa menggenjot pertumbuhan kredit yang saat ini sudah mencapai 34,8%. "Pertumbuhan kredit yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kredit macet menambah besar," katanya.
Sementara Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi beralasan BI rate tak akan turun karena inflasi masih bertahan di kisaran 12%. Karena masih ada pengaruh tekanan inflasi musiman, yaitu hari raya Natal dan tahun baru, maka bank sentral cenderung mempertahankan BI rate.
Eric memprediksi pada April tahun depan, laju inflasi baru kembali ke single digit. Nah di saat itulah bank sentral baru berani menurunkan bunga acuan. Eric juga menyarankan agar sebaiknya BI tidak menurunkan BI rate terlalu cepat karena akan berpengaruh negatif kepada rupiah. "Jika dipotong terlalu cepat nilai tukar rupiah akan tertekan," tuturnya.
Agar dana masyarakat tidak kabur dari perbankan saat BI menurunkan suku bunga, Kostaman berharap pemerintah sudah memberikan penjaminan penuh atas dana nasabah.
Bahkan kalau perlu pemerintah memberikan jaminan penuh atas dana yang ada di perbankan atawa blankeet guarantee, seperti halnya negara tetangga Malaysia dan Singapura. "Dengan begitu dana masyarakat yang ada di perbankan tidak lari ke luar negeri," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News