Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya dana atau cost of fund (CoF) beberapa bank dari kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II mengalami penurunan. Pasalnya likuiditas masih bisa dijaga meskipun pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mereka mengalami perlambatan.
PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) salah satunya. Biaya dana BWS sampai dengan Juli turun di atas 1% sejak akhir tahun. Sadhana Priatmadja Direktur BWS mengatakan biaya dana itu turun lantaran perseroan mulai melepas dana mahal dan menggantinya dengan sumber dana yang lebih murah.
"Sebagai ganti DPK berbiaya mahal secara cepat, kami mendapatkan pinjaman jangka menengah dari parent bank dan bank lain, diikuti dengan usaha meningkatkan DPK dengan biaya murah," kata Sadhana pada Kontan.co.id, Selasa (2/8).
Baca Juga: Ingin ajukan KUR? Ini syarat dan bunga KUR BRI
Sadhana bilang, DPK perseroan selama ini banyak diperoleh dari korporasi dan BUMN. Namun, sekarang BWS sudah mulai fokus menghimpun dana ritel meskipun pertumbuhannya lebih lambat.
Per Juli 2020, DPK BWS mencapai Rp 17,5 triliun atau plat dari periode yang sama tahun lalu. Namun, rasio CASA perseroan meningkat dari 27,7% menjadi 33%.Sampai akhir tahun, bank ini berharap CoF tersebut bisa turun lebih dari 1,5% karena masih ada DPK dengan bunga tinggi yang belum jatuh tempo.
Di samping menjaga biaya dana, BWS juga terus melakukan efisiensi biaya-biaya operasional di luar bunga untuk bisa menjaga kinerja tetap tumbuh sampai akhir tahun.
Bank Mayora juga mencatatkan penurunan biaya dana karena likuiditas perseroan masih terjaga. "CoF dari bulan Juni ke Juli 2020 dapat ditekan, didorong oleh strategi bank untuk mengurangi komposisi dana mahal dari deposito," kata Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij.
Baca Juga: Biar pinjaman pinjol tak cuma terkonsentrasi di Jawa, OJK siapkan aturan baru
Per Juni 2020, Bank Mayora masih bisa mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 14% YoY. Sampai akhir tahun, bank ini akan menjaga biaya dana di bawah 5% dengan berupaya mendorong peningkatan CASA terutama dari Giro. Irfan optimis, perseroan masih bisa mencapai target pertumbuhan DPK sekitar 2% tahun ini dengan porsi CASA meningkat 4%.
Bank Sampoerna juga mencatatkan penurunan biaya dana hingga meskipun DPK perseroan masih tumbuh cukup apik di tengah pandemi yakni sekitar 9% YoY. Direktur Keuangan Bank Sampoerna Hengky Suryputra bilang, penurunan CoF tersebut didorong oleh turunnya suku bunga dan juga tak lepas dari kepercayaan nasabah pada perseroan.
Hingga akhir tahun, Bank Sampoerna mengestimasi bahwa tingkat suku bunga acuan akan cenderung stabil sehingga beban bunga juga berada di tingkat yang tidak jauh berbeda dengan tingkat beban bunga saat ini.
"Bank Sampoerna juga terus berupaya melayani lebih banyak transaksi sehingga secara gradual dapat terus meningkatkan porsi dana murah kami. Saat ini porsi dana murah kami berada di sekitar 20%, masih cukup banyak ruang untuk terus meningkatkannya."kata Hengky.
Baca Juga: Bunga deposito tertinggi 5,63%, tengok bunga deposito di akhir pekan
Sedangkan biaya dana Bank Sumut bertahan di bawah 4% hingga Juli. Pasalnya, likuiditas bank ini masih terjaga sehingga tidak mengubah suku bunga deposito. Adapun DPK bank ini masih tumbuh 10,9% YoY.
Syahdan Siregar, Sekretaris Perusahaan Bank Sumut mengatakan, pihaknya menargetkan DPK tumbuh 5,1% sampai akhir tahun dengan CASA dijaga 55%. "Strategi bank menghimpun dana murah dengan elektronifikasi transaksi keuangan pemerintah daerah dan seluruh perangkatnya melalui pemanfaatan CMS SP2D dan CMS non SP2D," katanya.
Seperti diketahui, DPK perbankan nasional masih tumbuh 8,53% per Juli 2020, naik dari bulan sebelumnya yang tumbuh 7,95%. Namun, pertumbuhan itu ditopang oleh bank BUKU IV yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,94%. Sedangkan BUKU II hanya naik 3,08% dan BUKU III 2,99%. BUKU I bahkan tercatat minus 12,19%.
Selanjutnya: Ini permintaan Presdir BCA kepada Kemenkominfo, apa itu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News