Reporter: Steffi Indrajana | Editor: Test Test
JAKARTA. Manajemen BNI Syariah sedang mengumbar senyum. Hingga sembilan bulan pertama tahun ini, aset anak usaha Bank BNI ini sudah menembus angka Rp 6 triliun. Jumlah tersebut melampaui target bank tersebut pada tahun ini.
Direktur Risiko dan Kepatuhan Imam T. Saptono BNI Syariah menjelaskan, pencapaian tersebut benar-benar di luar perkiraan. "Waktu pelepasan atau spin off di Juni lalu, kami mengambil proyeksi yang tidak terlalu tinggi, karena kami memang tidak mau agresif. Namun ternyata aset kami tumbuh tinggi, melampaui target setahun," ujar Imam, kemarin.
Direktur Utama BNI Syariah Rizqullah memaparkan, total pembiayaan per September 2010 mencapai Rp 3,2 triliun. Kontribusi sektor ritel dan konsumen sebesar 81% atau sekitar Rp 2,59 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK)nya berkisar di Rp 5,2 triliun. Tabungan dan giro atau dana murah menguasai 51% atau sekitar Rp 2,65 triliun. Rincian lengkapnya: tabungan Rp 1,8 triliun, giro sekitar Rp 800 miliar dan deposito sekitar Rp 1,5 triliun. "Target DPK sebenarnya juga sudah tercapai," kata Rizqullah.
BNI Syariah pun merasa modal saat ini sudah cukup menopang ekspansi usaha. "Kami belum memiliki rencana untuk menambah modal," katanya. Dana yang ada saat ini masih cukup untuk pengembangan bisnis dua tahun ke depan.
Rasio kecukupan modal atau CAR berkisar di 28%-29%. "Angka ini mungkin yang tertinggi di kalangan syariah," tambahnya. Adapun non performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah berada di kisaran 4% dan pada tahun depan ditargetkan mencapai angka 2%-3%.
Beberapa tahun ke depan BNI Syariah bakal fokus mengembangkan bisnsi ritel dan konsumer. "Sektor ini lebih menyebar dan merata serta potensi untuk berkembangnya besar," kata Rizqullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News