Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) tak merasa khawatir dengan tren meningkatnya bunga deposito dan biaya dana di industri perbankan. Sebab diperkirakan kondisi likuiditas di semester II tahun ini akan lebih longgar dan persaingan bunga deposito yang ketat untuk berebut dana tidak akan berkepanjangan.
“Kami tidak melihat itu sebagai ancaman. Sebab kami memahami kondisi makro seperti apa. Sehingga BNI bisa menyesuaikan diri dengan kondisi makro saat ini,” kata Felia Salim, Wakil Direktur Utama BNI, di Jakarta, Kamis, (7/8). BNI melihat ada persoalan defisit neraca transaksi berjalan yang memaksa Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) beberapa kali sejak pertengahan tahun lalu.
Kondisi ini memicu melambungnya tingkat bunga simpanan, terutama deposito. Akibatnya semua perbankan terpaksa menghadapi resiko kenaikan biaya dana atau cost of fund. “Namun kami memahami dan sudah mengantisipasi jauh-jauh hari. Jadi saya kira perbankan masih bisa mengelola dengan baik,” ujar Felia.
Felia menegaskan bahwa kondisi likuiditas memang masih akan ketat untuk sementara ini. Tapi ia yakin di semester II 2014, likuiditas akan lebih longgar. “Karena proyek-proyek yang pada semester I-2014 baru mulai persiapan, akan mulai bergulir lagi pada semester II-2014 ini. Jadi saya tidak pesimis,” tukas Felia.
Felia juga menegaskan bahwa kesehatan likuiditas tidak bisa hanya dilihat dari tingkat loan to deposit ratio (LDR). “Sebab bank-bank juga menggunakan sumber pendanaan seperti dari obligasi dan surar berharga lain sebagai ukuran likuiditas,” pungkas Felia.
Sebagaimana diketahui, tingkat LDR BNI dalam mata uang Rupiah justru mengalami penurunan dari 87% di semester I-2013 menjadi 84% di semester I-2014. Sementara LDR BNI dalam mata uang asing(valas) juga menurun dari 69% di semester I-2013 menjadi 63% di semester I-2014. Adapun LDR keseluruhan BNI turun dari 84,00% di bulan Juni 2013 menjadi 80,28% di bulan Juni 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News