kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

BPD belum sepakat tekan NIM


Sabtu, 18 September 2010 / 08:07 WIB
BPD belum sepakat tekan NIM


Reporter: Steffi Indrajana | Editor: Test Test

JAKARTA. Kata mufakat belum tercapai di bank pembangunan daerah (BPD) terkait keinginan Bank Indonesia (BI) menurunkan margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM). Posisi NIM BPD di bulan Juli 2010 nongkrong di level 8,95%.

Menurut Direktur Utama Bank Jawa Timur (Jatim) Muljanto, NIM merupakan urusan masing-masing bank, terkait penentuan pricing kredit. Artinya, bank yang ingin ekspansif dan shareholder-nya ingin memperoleh dividen tinggi, akan mematok target kredit tinggi. "Tapi jangan lupa, kalau pasar memang masih bisa menerima," ujar Muljanto kepada KONTAN, Jumat (17/9).

Sedangkan Direktur Utama Bank Papua Eddy R. Simulingga mengaku, setuju dengan keinginan BI menurunkan NIM. Apalagi, sejatinya, BPD memiliki pendanaan berbunga rendah. Maklum, mayoritas dananya adalah giro pemerintah daerah (Pemda). "Jadi NIM yang tinggi karena BPD ikut bunga kredit pasar. Aneh kalau rata-rata bunga kredit di pasar masih di atas 13%, tapi BPD harus memberi bunga 10% ," jelas Eddy.

Menurutnya, ada dua cara menurunkan NIM. Pertama, menurunkan bunga kredit. "Kalau ini, shareholder kita bisa marah. Ada kesempatan memperoleh margin, tapi tidak dimanfaatkan," jelasnya.

Meski begitu, kalau bunga pasar turun, BPD, jelas Eddy paling siap menurunkan NIM karena bisa diimbangi dengan peningkatan loan to deposit ratio (LDR). Alhasil, laba tetap dapat dipertahankan.

Kedua, menaikkan bunga dana. Namun, pilihan ini tidak bijaksana, karena akan meningkatkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). "Juga menurunkan shareholder wealth sekaligus memicu inflasi," tutur Eddy. Sekedar informasi, di Bank Jawa Timur saat ini NIM berada di kisaran 9,27%. Sedang untuk Bank Papua, NIM masih di atas 9%.

Secara keseluruhan, kinerja industri BPD hingga Juli 2010 meningkat ketimbang periode yang sama tahun lalu. Total dana pihak ketiga (DPK) yang terkumpul sebesar Rp 199,09 triliun. Naik 17,49% dibandingkan Rp 169,45 triliun pada 2009. Penyaluran kredit juga naik dari Rp 113,79 triliun menjadi Rp 135,68 triliun.

Di Bank Jatim, pencapaian Agustus sudah hampir mencapai target akhir tahun. DPK terkumpul Rp 16,6 triliun dari target Rp 16,8 triliun. Dan penyaluran kredit Rp 12,3 triliun dari target Rp 12,6 triliun.

Bank Papua malah telah melampaui target. "Target kredit dan DPK sudah kami lewati," tegas Eddy. Untuk kredit, bank ini menargetkan penyaluran Rp 3,5 triliun, tumbuh 25% dari tahun lalu. "Posisi penyaluran kredit kami saat ini sudah Rp 3,6 triliun. Untuk DPK, posisinya di Rp 9,5 triliun," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×