Reporter: Issa Almawadi | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Wangi kue bisnis uang elektronik alias electronic money (e-money) mulai diendus bank-bank di daerah. Keterbatasan modal tak menghentikan niatan bank daerah menggarap produk e-money.
Agar bisa mencicip kue bisnis e-money, bank daerah menggandeng bank besar yang sudah terlebih dahulu menggarap bisnis e-money alias dengan skema kerjasama atau co-branding.
Ambil contoh, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah (Bank Jateng). Bank Jateng menggandeng Bank Mandiri untuk menerbitkan e-money co-branding.
Supriyatno, Direktur Utama Bank Jateng menyatakan, kerjasama ini memperluas layanan, fasilitas pembayaran dan transaksi bagi nasabah. "Penerbitan kartu e-money co-branding ini membantu pengembangan bisnis bank," ujar Supri kepada KONTAN, pekan lalu.
Kartu e-money co-branding tersebut bertajuk E-Bima card. Kartu ini mampu digunakan sebagai alat pembayaran di seluruh merchant Bank Mandiri seperti tol, bus, ritel, restoran dan tempat rekreasi.
Cara sama ditempuh BPD Jawa Timur (Bank Jatim). Bank Jatim menerbitkan kartu e-money hasil co-branding dengan Flazz milik Bank Central Asia (BCA). Ferdian Satyagraha, Manajer Hubungan Investor Bank Jatim menyatakan, skema co-branding lebih efisien dari sisi dana ketimbang harus menerbitkan produk e-money sendiri.
"Kalau menerbitkan sendiri butuh biaya infrastruktur IT yang besar, belum lagi basis nasabah hanya di perkotaan saja," ucap Ferdian.
Sementara, Agus Mulyana, Sekretaris Perusahaan BPD Jawa Barat dan Banten (BJB) menerangkan, pihaknya masih mengkaji potensi dan skema bisnis e-money. Bisnis e-money membesar karena Bank Indonesia (BI) bekerjasama 10 pemda dan 12 kementerian di tahun 2015 di Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News