Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya, BI 7-day reverse repo rate (BI7DRR) sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%. Posisi ini menjadi yang paling rendah sepanjang sejarah.
Penurunan ini tentunya akan membuat laju penurunan bunga deposito perbankan semakin menciut. Wajar saja, sepanjang tahun lalu bank sentral sudah memangkas BI7DRR 125 bps.
Misalnya saja, menurut data Laporan Harian Bank Umum (LBHU) per Jumat (19/2) secara industri bunga deposito Rupiah untuk 1 bulan ada di posisi 4,22%. Posisi itu sudah turun 1,39% dari akhir Januari 2020 yang berada di posisi 5,6%.
Sejumlah bankir pun mengatakan, sejatinya dengan kembali diturunkannya bunga acuan maka laju penurunan bunga simpanan pun bakal berlanjut.
Baca Juga: Sempat naik tinggi, bankir pastikan biaya kredit melandai di tahun ini
Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menjelaskan, bunga deposito perseroan memang sudah bergerak turun sejak dua tahun terakhir.
Pemicunya tentu bukan menurunnya bunga acuan BI saja, tetapi juga disebabkan CIMB Niaga sedang fokus menjaring dana murah dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami lebih fokus ke dana murah, sehingga CASA rasio kami mencapai 60% di akhir tahun lalu dan terus bergerak naik," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).
Fenomena ini pun membuat pertumbuhan deposito CIMB Niaga cenderung menurun. Tercatat per tahun 2020 total deposito CIMB Niaga turun 4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 83,31 triliun.
Namun sebaliknya, posisi dana murah atau CASA malah meningkat 14,3% yoy menjadi Rp 123,72 triliun. Lani juga menambahkan, dalam satu tahun terakhir pihaknya sudah memangkas bunga deposito sekitar 200 basis poin. "Kami memang ingin menurunkan biaya dana. Agar bunga pinjaman bisa lebih rendah," imbuhnya.
Seirama, Direktur Distribution and Retail Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Jasmin mengatakan laju bunga simpanan terus menurun. Bahkan, menurut catatannya counter rate di BTN sudah turun menjadi 4,25%.
Walau sudah turun cukup besar, BTN pun akan kembali menyesuaikan lagi bunga tersebut. Sejalan dengan penurunan bunga acuan BI. "Sudah turun 2% dari 7%, rate tertinggi di awal 2020. Saat ini rate tertinggi 5% untuk nominal Rp 30 miliar," ungkap.
Tapi di samping itu, Jasmin memandang sejauh ini permintaan deposito di perseroan tetap tinggi. Hanya saja, pertumbuhannya tidak semasif beberapa tahun sebelumnya.
Baca Juga: Suku bunga makin rendah, ini investasi yang diuntungkan
Menurutnya, memang ada pergeseran dana nasabah deposito. Hal ini disebabkan beragamnya pilihan investasi yang lebih menarik, seperti Obligasi atau Sukuk ritel dengan return alias kupon yang lebih tinggi dari deposito.
Contohnya, ORI019 yang terbaru masih memiliki kupon 5,57%, jauh lebih tinggi dari rata-rata bunga deposito perbankan.
Sekadar informasi saja, per akhir 2020 Bank BTN mencatat dana deposito masih tumbuh tinggi 28,77% yoy dari Rp 127,65 triliun di akhir 2019 menjadi Rp 164,37 triliun.
Bukan bank besar saja, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahyu pun menyerukan hal serupa.
Menurut catatan Daniel, sejak periode Januari hingga Februari 2020 perseroan sudah memangkas bunga deposito sebanyak 50 basis poin.
Baca Juga: Ingin simpan dana di deposito pekan depan? Cek dulu bunga deposito terbaru di bank
Melihat BI memangkas bunga acuan, bisa dipastikan laju penurunan itu akan berlanjut. "Tren penurunan masih akan berlangsung sejalan dengan misi pemerintah untuk menaikkan penyaluran kredit," ujarnya.
Akan tetapi, Bank Ina memandang sejauh ini posisi dana deposito perseroan masih stabil. Ini artinya, belum ada pergeseran dana nasabah ke instrumen lain secara signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News