Reporter: Andri Indradie | Editor: Test Test
JAKARTA.Cadangan devisa selama sebulan terakhir sudah susut sebesar US$ 4 miliar. Bank Indonesia (BI) melaporkan, per 31 Mei 2010 posisi cadangan devisa tercatat US$ 74,6 miliar. Padahal, April lalu posisi cadangan devisa sebesar US$ 78,5 miliar.
"Posisi devisa per 31 Mei 2010 tercatat sebesar US$ 74,6 miliar atau setara dengan pembayaran 5,87 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," terang Dyah N.K. Makhijani, Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Kamis (3/6).
Saat ini, belum ada pernyataan resmi dari BI mengenai penyebab penurunan cadangan devisa tersebut. Tetapi, kemungkinan besar cadangan devisa tergerus karena digunakan untuk menahan jatuhnya nilai tukar rupiah. Maklum, beberapa waktu lalu porsi dana asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sempat anjlok Rp 37 triliun dari Rp 82 triliun pada akhir April 2010 menjadi Rp 45 triliun pada 26 Mei lalu. Alhasil, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun sempat mendekati Rp 9.400 per dollar AS.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Kamis (3/6), menilai proses pemulihan ekonomi global terus berlanjut di tengah krisis yang terjadi di Eropa. Berbagai indikator juga mengindikasikan perekonomian domestik terus mengalami perbaikan, seperti konsumsi swasta yang masih tumbuh tinggi dan kinerja ekspor yang makin membaik.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap mencatat surplus dengan nilai ekspor yang lebih besar daripada impor. Sementara surplus neraca transaksi modal dan finansial sedikit menurun akibat arus modal keluar karena sentimen negatif di pasar keuangan global akibat krisis utang Yunani dan kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah Indonesia.
Di sisi perbankan, Dewan Gubernur menilai, sistem perbankan Indonesia cukup kuat dalam mengantisipasi dampak rambatan krisis utang dii Eropa. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya rasio permodalan alias CAR (Capital Adequacy Ratio) perbankan saat ini yang mencapai 19,2%. Rasio kredit bermasalah atau NPL gross masih terjaga di bawah 5%.
Intermediasi perbankan juga dinilai cukup berjalan dengan baik. Ini bisa dilihat dari kredit yang diserap masyarakat. Per akhir Mei 2010, kredit sudah tumbuh 17,6% year on year.
Meskipun demikian, perbankan rupanya tetap mewaspadai kondisi krisis di Eropa. Direktur Bank Mandiri Pahala N. Mansyuri mengatakan, situasi di Eropa ini menjadikan perlu ada kehati-hatian dalam penerapan kebijakan.
"Meskipun kondisi likuiditas di perbankan sangat baik saat ini kami sendiri masih memantau bagaimana pengaruh kondisi di Eropa terhadap pasar modal di Indonesia," tegasnya kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News