Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data statistik OJK mencatat, Return of Investment (RoI) dana pensiun pada 2024 mencapai 6,68%. Angkanya naik dari posisi 2023 yang sebesar 6,53%.
Meskipun masih mencatatkan peningkatan, tingkat RoI dana pensiun berpotensi akan menghadapi tantangan pada tahun ini seiring masih adanya potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Dana Pensiun BCA (DPBCA) menilai, penurunan suku bunga acuan BI akan berpengaruh pada imbal hasil investasi dana pensiun, khususnya bagi dana pensiun yang memiliki alokasi besar pada surat utang.
Dalam jangka pendek, Direktur Utama Dana Pensiun BCA Budi Sutrisno menerangkan nilai portofolio surat utang yang dimiliki dapat meningkat, yang mana dapat berkontribusi pada kenaikan RoI.
"Namun, dalam jangka panjang, penurunan imbal hasil surat utang baru akibat suku bunga yang lebih rendah dapat menyebabkan tekanan pada RoI secara keseluruhan," ungkapnya kepada Kontan, Jumat (28/2).
Baca Juga: Dapen PertaLife Targetkan Pertumbuhan Pendapatan dan Pembayaran Manfaat pada 2025
Oleh karena itu, Budi mengatakan dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik yang ada, dana pensiun harus aktif dalam melakukan pemantauan pasar dan menyesuaikan strategi investasi. Dengan pengelolaan portofolio yang cermat dan adaptif, diharapkan dana pensiun tetap mampu mencapai tingkat pengembalian investasi yang optimal dan berkelanjutan.
Sementara itu, untuk mencapai tingkat pengembalian investasi yang optimal, Budi menilai diperlukan strategi terpadu yang mencakup diversifikasi portofolio, analisis investasi menyeluruh, dan manajemen risiko yang efektif.
"Ketiga aspek itu harus saling mendukung agar portofolio dapat berkembang secara maksimal dengan risiko yang tetap terkendali," ujarnya.
Menurut Budi, diversifikasi berperan penting dalam mengurangi dampak volatilitas pasar dengan menyebarkan aset ke berbagai instrumen investasi. Namun, agar diversifikasi berjalan efektif, tentu diperlukan analisis investasi yang mendalam untuk memastikan pemilihan aset yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan keuntungan optimal.
Budi bilang analisis investasi dapat dilakukan melalui dua pendekatan utama, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Dia menerangkan analisis fundamental berfungsi untuk menilai kualitas aset berdasarkan kinerja keuangan dan prospek bisnisnya, sedangkan analisis teknikal membantu investor menentukan momen terbaik untuk bertransaksi sehingga keputusan investasi dapat dibuat secara lebih terukur dan strategis.
Selain pemilihan aset yang tepat, Budi menyebut manajemen risiko yang efektif juga menjadi faktor kunci dalam menjaga keseimbangan, serta pertumbuhan portofolio.
"Penerapan strategi, seperti stop-loss dan re-balancing portofolio memungkinkan perusahaan untuk mengendalikan risiko secara lebih optimal," tuturnya.
Baca Juga: Dana Pensiun Bank Mandiri Catatkan Aset Sebesar Rp 10,61 triliun per Desember 2024
Dengan pendekatan yang sistematis dan saling melengkapi, Budi menyampaikan perusahaan dapat meminimalkan risiko, menjaga stabilitas portofolio, serta mencapai hasil investasi yang optimal secara berkelanjutan.
Budi memperkirakan masih terdapat peluang bagi tingkat pengembalian investasi tahun ini untuk tetap berada di atas inflasi.
Adapun aset DPBCA per 31 Desember 2024 sebesar Rp 5,9 triliun. Nilai itu naik sebesar 3,73%, jika dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Selanjutnya: Promo Indomaret Weekend Awal Maret 2025, Harga Berlaku di Pulau Jawa-Bali dan Lombok
Menarik Dibaca: 7 Lauk Sayur yang Cocok untuk Sahur dan Buka Puasa, Mudah Dibuat lho
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News