kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

DPK bank tumbuh lebih tinggi dari kredit, ini sebabnya


Sabtu, 26 September 2020 / 15:38 WIB
DPK bank tumbuh lebih tinggi dari kredit, ini sebabnya
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi melalui ATM. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam masa pandemi Covid-19, permintaan kredit memang melandai. Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan per Agustus 2020 yang menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) cuma 1,04%.

Tetapi di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 11,64% secara year on year (yoy). Lebih baik ketimbang periode Juli 2020 yang kala itu disebut OJK tumbuh 8,53% secara tahunan.

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengamini, peningkatan DPK memang tinggi. Selain karena tren menabung yang tinggi di tengah pandemi, hal ini juga disebabkan minimnya permintaan kredit. Walhasil, secara suplai pendanaan alias likuiditas saat ini bisa dikatakan ada di level paling longgar.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri: Kredit perbankan hanya tumbuh 1,5% di 2020

PT Bank CIMB Niaga Tbk misalnya yang mencatatkan DPK Rp 203,98 triliun per Juli 2020, naik 18,51% dari periode sama setahun lalu yang sebesar Rp 172,12 triliun.

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan menyebutkan, mayoritas penopang pertumbuhan tersebut tak terlepas dari kenaikan dana murah (CASA) yang juga sebesar 18%. Namun, pertumbuhan deposito cenderung melambat karena CIMB Niaga lebih fokus menjaring dana murah.

"Secara total, DPK kami tumbuh positif. Nasabah mungkin lebih nyaman ke tabungan daripada deposito karena lebih fleksibel dan banyak fasilitas lewat mobile banking," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/9) lalu.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) pun menyerukan hal senada. Walau tidak sederas industri, menurut Direktur Bank BTN Jasmin, per Agustus 2020 DPK BTN sudah naik 6,5%. Pertumbuhan itu didominasi dana murah yakni giro sebesar 15,5% yoy.

Malah bila dirinci, dari Juni 2020 ke bulan Agustus 2020 ada peningkatan cukup tinggi sekitar 9% dari Rp 226,32 triliun menjadi Rp 246,53 triliun. "Tren DPK di bulan eptember 2020 diperkirakan juga tetap naik," kata Jasmin kepada Kontan.co.id, Jumat (25/9).

Walau punya potensi besar, bank bersandi bursa BBTN ini tidak ngotot menargetkan DPK jumbo tahun ini. Menurut Jasmin, DPK hanya ditargetkan tumbuh sekitar 7%-8% saja sepanjang tahun 2020. Ini karena BTN ingin memperbesar porsi dana murah (rasio CASA).

Menurut Jasmin, wajar kalau DPK tumbuh jauh melampaui pertumbuhan kredit. Sebab, kebanyakan nasabah atau debitur pastinya tengah mengerem kredit di masa pandemi. Walhasil, bisa dibilang dana-dana tersebut sedang diparkir di instrumen DPK, setidaknya sampai ekonomi stabil.

"Kami tidak mematok tinggi. Permintaan kredit juga masih jauh dari normal. Semoga tahun depan ekonomi kita membaik," terangnya.

Baca Juga: Ini progres restrukturisasi kredit korporasi bank besar

Segendang sepenarian, Direktur PT Bank Woori Saudara Tbk Sadhana Priatmadja bilang, sejak Juni 2020 memang ada peningkatan DPK di industri.

"Di kami tidak terlalu tinggi, sejak Juni 2020 kenaikannya sekitar 9%. Karena awal tahun kami banyak melepas deposito biaya mahal," katanya.

Dus, untuk mengelola DPK yang sedang melimpah itu, menurut Sadhana, bank cenderung melepas sebagian dana ke instrumen surat berharga semisal obligasi atau surat berharga negara (SBN). Tentunya, cara itu dilakukan semata-mata untuk mengelola likuiditas ada di level yang normal.

Sekadar gambaran saja, per Juli 2020 OJK mencatat total dana perbankan yang diparkir di surat berharga nilainya mencapai Rp 1.299,93 triliun. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sementara secara tahunan, nilai tersebut naik 27,23% dari Juli 2019 yang sebanyak Rp 1.021,65 triliun.

Selanjutnya: Laju penyaluran KUR mulai ngegas, ini pendorongnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×