kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

DPK valas perbankan cenderung turun


Senin, 27 April 2020 / 21:11 WIB
DPK valas perbankan cenderung turun
ILUSTRASI. Kantor cabang CIMB Niaga.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) di sejumlah bank cenderung mengalami penurunan. Nasabah tampaknya mencoba untuk menghindari resiko dengan menarik simpanan valasnya untuk menghindari fluktuasi nilai tukar.

PT Bank CIMB Niaga Tbk, salah satu yang mengalami penurunan DPK valas di kuartal I 2020. Lani Darmawan, Direktur Konsumer perseroan mengatakan, tabungan valas di bank swasta ini memang masih meningkat, tetapi deposito valas menurun cukup banyak.

Baca Juga: Bankir sebut lanskap industri perbankan bisa berubah total, apa sebabnya?

Sehingga secara keseluruhan DPK valas CIMB Niaga cenderung mengalami penurunan. "Kelihatannya masyarakat lebih memilih menyimpan rupiah. Mungkin nasabah menghindari resiko fluktuasi nilai tukar secara umum," kata Lani pada Kontan.co.id, Senin (27/4).

Lani menambahkan, dalam penghimpunan DPK, CIMB Niaga sebetulnya lebih fokus pada rupiah. Pada tiga bulan pertama tahun ini, dana murah atau (current account saving account/CASA) perseroan tumbuh cukup bagus yakni di atas 12%.

Pertumbuhan dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan tersebut membuat rasio CASA CIMB Niaga meningkat yakni sudah di atas 60%. Ke depan, prospek simpanan valas menurutnya Lani akan tergantung pada perkembangan dampak dari Covid-19.

PT Bank Woori Saudara Tbk (Bank BWS) juga cenderung mengalami penurunan simpanan valas pada April 2020. Deposit foreign currency perseroan turun sekitar US$ 4 juta dari posisi akhir Maret 2020 sebesar US$ 900 juta. "Turun umumnya dipakai untuk keperluan operasional," jelas I Made Mudiastra, Direktur Kepatuhan BWS.

Baca Juga: Bankir akui pandemi corona membuat bisnis kartu kredit seret

Prospek simpanan valas ke depan menurut Made agak sulit diramalkan. Itu akan sangat tergantung kondisi ekonomi karena umumnya nasabah penyimpan dolar adalah nasabah debitur eksportir. Ia bilang, jika nasabah tidak bisa melakukan ekspor tentu akan sulit untuk bisa menyimpan uangnya di dolar.

Walaupun nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, BWS belum merevisi target DPK termasuk simpanan valas. Perseroan masih menunggu perkembangan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Sementara dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) awal, perseroan menargetkan DPK valas Rp 5.97 triliun dengan asumsinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar 14.250 atau sekitar US$ 419 juta.

Baca Juga: Bank klaim sudah sosialisasikan penurunan suku bunga kartu kredit ke nasabah

Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BCA) masih mencatatkan pertumbuhan simpanan valas hingga Februari 2020. Total DPK perseroan tumbuh 12,4% YoY menjadi Rp 704,9 triliun dimana DPK valas tercatat naik 6,5%YoY menjadi Rp 50,4 triliun.

"Ke depannya, BCA akan tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang." Tandas Santoso Liem, Direktur BCA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×