Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberhasilan bank digital saat ini rasanya tak bisa lepas dari integrasi dengan ekosistem yang dimiliki. Menjadi menarik adalah ketika dua ekosistem dari bank digital yang berbeda berencana merger. Pada akhirnya, nasib bank digitalnya pun menimbulkan pertanyaan.
Hal ini bakal terjadi ketika rumor merger antara GOTO dan Grab pun benar-benar terealisasi. Di mana, ekosistem GOTO memiliki Bank Jago, sementara Grab juga memiliki Superbank yang terintegrasi dengan ekosistemnya.
Dalam prospektus Superbank yang sedang dalam proses IPO menyebutkan bank ini telah mengandalkan pada hubungan dan kemitraan bisnis dengan Grab dan OVO untuk mendistribusikan produk dan layanannya serta pengembangan skala bisnis.
Baca Juga: Resmi Batal Merger, OJK Minta Nobu Dan MNC Bank Lakukan Hal Ini
“Memburuknya hubungan dengan salah satu pihak tersebut dapat berdampak negatif terhadap bisnis, kondisi keuangan, hasil operasional, dan prospek perseroan,” tulis prospektus tersebut.
Di sisi lain, manajemen juga mengakui dalam prospektus tersebut bahwa usaha Superbank dapat terpengaruh oleh rencana apabila terdapat rencana merger antara Grab dengan perusahaan lain.
Hanya saja, dampak yang mungkin timbul dari transaksi tersebut terhadap Superbank masih belum dapat dipastikan.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun bilang pihaknya juga melakukan kolaborasi dengan ekosistem digital sebagai strategi untuk bertumbuh cepat, efisien, dan berkelanjutan.
Hanya saja, ia memastikan bahwa kolaborasi Bank Jago tidak hanya dengan ekosistem GOTO, melainkan juga dengan BFI Finance dan Stockbit.
Baca Juga: Kian Prospektif, Intip Strategi Perbankan Dorong Cash Management di Platform Digital
Ia pun menegaskan bahwa pihaknya terbuka kolaborasi dengan ekosistem yang baru untuk terus memberikan produk dan layanan keuangan kepada nasabah.
Dengan ekosistem GOTO sendiri, Bank Jago memiliki produk bersama dengan Gopay yaitu Gopay Tabungan by Jago. Di mana, hal tersebut turut berkontribusi terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank Jago.
Hanya saja, wanita yang akrab disapa Afun ini tidak menyebutkan seberapa besar kontribusi ekosistem GOTO terhadap Bank Jago. Namun, ia bilang hingga akhir kuartal III-2025, total nasabah Bank Jago mencapai 18,6 juta, termasuk 14,5 juta nasabah funding pengguna Aplikasi Jago dan Jago Syariah.
“Kolaborasi juga turut mendorong penyaluran kredit hingga sebesar Rp 23,5 triliun pada akhir September 2025, tumbuh 36% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu,” ujar Afun, Rabu (26/11).
Selain dua bank digital ini, sejatinya masih ada bank digital yang juga memiliki ekosistem kuat. Bank tersebut adalah Allo Bank yang kini terintegrasi pula dengan ekosistem CT Group.
Baca Juga: BTN Gandeng Jatelindo untuk Perluas Akses Layanan Digital
Ganda Raharja Rusli, Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum Allo Bank bilang kerjasama ekosistem merupakan kunci utama dari kesuksesan bank digital, di mana ekosistem internal merupakan ekosistem utama yang mendukung perkembangan bank digital.
Hanya saja, ia menegaskan ekosistem internal biasanya hanya membantu di tahap awal perkembangan bank itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, ia menyebutkan ekosistem-ekosistem baru yang berasal dari eksternal.
Ia mencontohkan di Allo Bank sendiri memiliki kontribusi transaksi ekosistem internal Bank yang sudah menurun menjadi 20% dari yang awalnya lebih dari 90%.













