Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Rintis Sejahtera sebagai pengelola Jaringan Prima memperluas layanannya ke industri bank perkreditan rakyat (BPR). Langkah itu dilakukan untuk membantu BPR meningkatkan kemampuannya dalam melayani nasabah secara digital.
Hal ini sejalan juga dengan upaya regulator untuk mendukung perkembangan industri BPR di Tanah Air yang saat ini menghadapi tantangan dalam melayani nasabah tengah akselerasi digitalisasi.
Dengan layanan baru ini, fitur-fitur BPR akan bisa terhubung langsung dengan layanan switching oleh Jaringan Prima sehingga memudahkan nasabah BPR yang ada di daerah-daerah untuk mendapatkan layanan keuangan yang lebih terintegrasi.
Tahap pertama, Rintis Sejahtera telah melakukan kerja sama dengan enam BPD untuk terhubung dengan Jaringan Prima. Diantaranya BPR Dana Nusantara, BPR Djoko Tingkir, BPR Hasamitra, BPR Karyajatnika Sadaya, BPR Sleman, dan BPR Supra Artapersada.
Baca Juga: LPS Tetap Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan Bank Umum di Level 4,25%
Penandatangan kerja sama dilakukan pada 23 Januari 2024. Dengan kolaborasi itu, kapasitas dan kapabilitas BPR diharapkan bisa meningkat sekaligus semakin memeriahkan sistem pembayaran Indonesia.
Suryono Hidayat, Direktur Marketing Rintis Sejahtera mengatakan, layanan BPR yang bisa terkoneksi langsung dengan Jaringan Prima hanya yang sudah mendapat status sebagai Penyedia Jasa Pembayaran (PJP).
“Saat ini ada 30 BPR yang sudah jadi PJP. Saat ini Rintis baru bekerja sama dengan enam BPR karena baru system mereka yang siap. Tapi sudah ada 10 BPR lagi yang berminat, mereka sedang mengevaluasi dan mengubah system mereka agar bisa terhubung dengan Rintis,” popar Suryono, Kamis (23/1).
Dengan perluasan layanan baru itu, Suryono berharap Rintis bisa membantu BPR bisa tumbuh lebih cepat tahun ini dan penggunaan QRIS di masyarakat semakin meningkat.
Suryono menjelaskan layanan yang diberikan Rintis ke BPR berbeda dengan bank umum. Pasalnya, layanan BPR memiliki pembatasan. Sehingga, fasilitas yang diberikan kepada bank umum memiliki kualitas koneksi yang lebih tinggi. Namun, fasilitas yang diberikan kepada BPR tersebut akan ditingkatkan seiring dengan perkembangan transaksinya.
Dia mencontohkan, untuk bank umum besar, Rintis memberikan empat link, dimana dua terhubung ke data center dan dua lagi terkoneksi ke data arsip. Sedangkan ke BPR baru diberikan satu link dan akan ditingkatkan sesuai perkembangan transaksinya.
Baca Juga: 330 BPR Dapat Dana Deposito Rp 8,8 Triliun dari DepositoBPR by Komunal di 2024
“Hal itu ditujukan untuk menjaga Service Level Agreement (SLA) di atas 98%. Kalau BPR masih bermasalah, saat dia bertransaksi di bank umum, yang dikejar diketok orang pasti bank lain itu. Itu makanya kami menjadikan SLA sebagai standar,” tutur Suryanto.
Dia menambahkan dukungan Rintis terhadap BPR tidak akan terhenti disitu saja. Untuk BPR non PJP, Rintis kini sedang mengembangkan system agar bisa menghubungkan BPR tersebut dengan bank umum yang ditetapkan sebagai bank induk.
Tantangan BPR Kiat Berat
Sementara itu, Yonggris Komisaris Utama BPR Hasamitra mengatakan, kerja sama yang dilakukan dengan rintis akan mengatasi kendala yang dihadapi BPR selama ini terkait delivery system.
Dia menyebut bahwa BPR memiliki tantangan dalam melayani secara digital karena tidak memiliki kehandalan layanan dan juga modalnya terbatas sehingga sulit melakukan investasi sendiri.
“Kerja sama dengan Rintis diharapkan akan membantu BPR meningkatkan kehandalan layanan, mengefisienkan biaya, dan membantu secara cepat menangani masalah koneksi transaksi nasabah,” ucap Yonggris.
Lebih lanjut, Yonggris menyampaikan bahwa tantangan BPR tidak hanya terbatas pada kemampuan melayani nasabah. BPR juga dihadapkan dengan permasalahan likuiditas karena harus bersaing dengan pemerintah dalam menghimpun dana masyarakat.
Baca Juga: Jumlah BPR Kian Susut, Otoritas Ingin Pastikan BPR yang Tersisa Berkualitas
Ia bilang, dulu BPR banyak dicari orang untuk menempatkan dana karena bunganya lebih tinggi dari bank umum. Namun, kini BPR sudah kalah saing dengan obligasi pemerintah yang menawarkan imbal hasil hingga 7%.
Oleh karena itu, kata Yonggris, BPR harus bisa melakukan inovasi agar bisa bertahan dalam menghadapi segala tantangan itu.
“BPR harus mampu melakukan inovasi agar bisa jadi institusi berbasis transaksi. Jadi, transaksinya harus kuat agar orang menabung di BPR tidak lagi hanya fokus karena bunga tinggi. Kerja sama dengan Rintis diharapkan bisa membantu menuju itu.” pungkasnya.
Sementara, Direktur Utama BPR Sleman, Dandung Sriyadi, berharap dukungan dan sinergitas yang berlanjut dari PT Rintis Sejahtera guna pengembangan fitur dan layanan ATM ke depan, terutama untuk menunjang perkembangan bisnis dalam pengembangan digitalisasi,
“Dengan begitu, Bank Sleman maupun BPR-BPR lain mampu memberikan layanan yang berkualitas dan berdaya saing dengan bank umum.” pungkasnya.
Selanjutnya: Penguatan Terputus, Rupiah Masih Punya Peluang Menguat di Bawah Rp 16.200 per Dolar
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Telur Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Apakah Aman?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News