kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.412.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.645   2,00   0,01%
  • IDX 8.612   -5,26   -0,06%
  • KOMPAS100 1.185   -4,75   -0,40%
  • LQ45 849   -5,56   -0,65%
  • ISSI 307   1,40   0,46%
  • IDX30 438   -1,12   -0,26%
  • IDXHIDIV20 508   -0,68   -0,13%
  • IDX80 132   -0,67   -0,50%
  • IDXV30 139   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 139   -0,10   -0,07%

Fee Based Income Jadi Penopang Kinerja Bank di Akhir Tahun 2025


Rabu, 03 Desember 2025 / 20:28 WIB
Fee Based Income Jadi Penopang Kinerja Bank di Akhir Tahun 2025
ILUSTRASI. Tren perbankan terkini menunjukkan fee based income melesat, mengimbangi pendapatan bunga yang stagnan. Digitalisasi jadi kunci utama pertumbuhan.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menjelang akhir tahun, pendapatan non bunga atau fee based income tampak masih menjadi penopang kinerja perbankan tanah air. Malah, ada pula bank yang pendapatan bunganya tak berhasil tumbuh di tengah tren positif pertumbuhan fee based income

Misalnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 32,35 triliun. Angka tersebut mencerminkan penurunan tipis 0,95% secara tahunan (year-on-year/YoY). 

Sementara, fee based income bank tercatat naik 7,91% YoY menjadi Rp 18,47 triliun. Direktur BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menyebut, pada dasarnya fee based income memang menjadi salah satu tumpuan andalan bank untuk mengimbangi suku bunga kredit yang kompetitif. 

Ia bilang ada empat lini fee based income yang secara langsung terhubung dengan platform digital mereka, yang mana secara keseluruhan berkontribusi sekitar 30% dari total fee based income bank. 

Baca Juga: Risiko Kredit Membaik, Namun Beban Pencadangan Bank Masih Berpotensi Meningkat

Lini pertama yaitu biaya pemeliharaan rekening, yang naik lebih dari 10% YoY dengan dorongan pertambahan basis nasabah. Kemudian dari e-channel yang meningkat 9%, sebagai dampak langsung dari kenaikan volume transaksi di aplikasi Wonder.

Lalu, pendapatan dari investasi tumbuh lebih dari 49%, seiring semakin banyak nasabah yang menggunakan Wonder untuk transaksi reksadana dan obligasi.

Dan terakhir, pendapatan yang berkaitan dengan API (Application Programming Interface), dengan pertumbuhan lebih dari 18%, yang mana mencerminkan meningkatnya adopsi BNI Direct oleh nasabah korporasi. 

“Data ini menegaskan bahwa strategi digital kami bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga menjadi pendorong utama kinerja keuangan yang berkelanjutan dan berkualitas,” ungkap Paolo. 

Bernasib serupa, PT Bank KB Indonesia Tbk juga mencatatkan kenaikan fee based income menjadi Rp 267,58 miliar per Oktober 2025, melonjak dari posisi Rp 48,21 miliar pada periode sama tahun lalu.

Pun, angka itu sudah setara 70% target fee based income bank di level Rp 382 miliar untuk tahun penuh 2025. 

Asal tahu saja, pendapatan bunga bank justru turun 0,42% YoY menjadi Rp 814,38 miliar dalam periode yang sama. 

Baca Juga: Akulaku Beberkan Tantangan yang Berpotensi Pengaruhi Kinerja Multifinance pada 2026

Untuk mempercepat pencapaian target fee based income tahun ini, Head Corporate Secretary KB Bank Ariz Dian Perkasa menyebut KB Bank bakal menempuh sejumlah langkah. Di antaranya, tentunya dengan memperkuat pendalaman transaksi pada seluruh segmen. 

Selain itu, bank juga mendorong pertumbuhan produk bernilai fee tinggi seperti trade finance, SCF, cash management, dan wealth management, serta mengakselerasi pemanfaatan kapabilitas digital melalui integrasi API, perluasan ekosistem kemitraan, dan optimalisasi platform KBStarBiz. 

Ariz bilang upaya tersebut pun turut didukung penguatan cross-collaboration, discipline product bundling, dan peningkatan sales productivity, sehingga fee based income dapat menjadi salah satu motor utama pertumbuhan pendapatan non-bunga yang berkelanjutan dan mendukung profitabilitas Bank secara keseluruhan. 

“Dengan serangkaian inisiatif tersebut, kami meyakini bahwa kinerja fee based income dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan guna mendukung penguatan pendapatan non-bunga dan pencapaian target RBB,” ungkap Ariz. 

Sementara itu, BPD DIY juga mencatatkan peningkatan fee based income meski tak semasif dua bank sebelumnya. Perbedaan lainnya, pertumbuhan fee based income sejalan dengan pertumbuhan bunga bank. 

Direktur Pemasaran dan Unit Usaha Syariah BPD DIY Raden Agus Trimurjanto mengungkapkan, fee based income bank per Oktober 2025 mengalami kenaikan sebesar 2,48% YoY menjadi Rp 1,9 miliar. 

Capaian itu, kata Agus, utamanya berasal dari fee layanan mobile banking dan fee layanan kiriman uang. 

Sementara, pendapatan bunga bersih bank dalam periode yang sama juga mengalami kenaikan sebesar 2,02% YoY menjadi Rp 23 miliar, yang masih dipengaruhi kenaikan pendapatan bunga kredit. 

Baca Juga: BNI Pastikan Layanan di Sumatra Kembali Normal Usai Banjir

Agus menyebut, fee based income telah menjadi salah satu sumber pendapatan bank. Meskipun memang, nilainya belum optimal dan sebanding dengan pendapatan bunga dari kredit maupun treasury.

Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyebut, pada dasarnya fee based income memang dapat membantu kinerja bank di saat pendapatan dari bunga kredit tertahan. 

Pun, meskipun pertumbuhan kredit berpotensi pulih ke depan, ia melihat bank bakal tetap mendorong pertumbuhan pendapatan dari fee based income, baik dari biaya rutin administrasi ataupun dari transaksi keuangan nasabah. 

Selanjutnya: Liverpool vs Sunderland, Prediksi, Live Streaming & Jadwal Liga Inggris 2025-2026

Menarik Dibaca: 9 Mitos Tata Letak Dapur yang Sudah Nggak Relevan di 2025, Ayo Coba Gaya Baru!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×