Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan adanya berbagai tantangan global seperti inflasi dan kenaikan suku bunga acuan nampaknya menyebabkan likuiditas keuangan perusahaan multifinance masih terbatas.
Hal tersebut ditunjukkan oleh gearing ratio (GR) industri multifinance yang masih dalam tren penurunan. Terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juli 2022, gearing ratio industri menyentuh angka 1,98 kali, menunjukkan angka yang stagnan dari periode bulan sebelumnya. Angka tersebut juga turun dari tahun sebelumnya yang ada di angka 1,99 kali.
Sejatinya, sesuai dengan POJK Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan, perusahaan bisa memaksimalkan batasan gearing ratio yang paling tinggi 10 kali. Gearing ratio ini mengukur seberapa besar multifinance bergantung pada utang melalui perbandingan dengan modal sendiri.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan, terjadinya tren penurunan GR dikarenakan selama tahun 2020 pinjaman perbankan relatif tidak terlalu banyak. Oleh karenanya, Suwandi menyebut tidak meratanya pendanaan yang disalurkan oleh bank ke multifinance mempengaruhi gearing ratio secara industri yang masih terus mengalami penurunan.
Baca Juga: Hingga 2023, BRI Finance Targetkan Kontribusi Pembiayaan Kendaraan Listrik Capai 2%
"Saat ini adalah kesempatan industri pembiayaan untuk pulih kembali, recovery. Ini perlahan sudah mulai merangkak, perbankan juga sudah kembali satu persatu melakukan pendanaan," jelas Suwandi kepada kontan.co.id.
Pendanaan yang diterima dari bank dalam negeri nyatanya terus menunjukkan angka peningkatan per Juli 2022 meningkat 23,3% secara tahunan mencapai Rp 159,20 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 129,08 triliun. Menurutnya, perlahan hal ini akan menjadi pertumbuhan pada equity, sejalan dengan pertumbuhan yang ada di industri otomotif.
Di sisi lain, penurunan Gearing ratio juga masih dialami oleh Clipan Finance, dimana hingga saat ini angkanya masih mencapai 1,5 kali.
Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo pun menyampaikan bahwa bisnis yang juga turun dalam dua tahun terakhir menyebabkan GR menurun dan sebagian COF hanya di-support dari Panin Bank sebagai induk perusahaan.
Di sisi lain, Harjanto menyebut pendanaan di Clipan tidak sulit, karena selain support dari induk perusahaan, bank-bank besar juga sudah ada line komitmen jika pihaknya perlukan.
"Untuk GR tahun ini sepertinya masih akan tetap. Di tahun 2023 akan meningkat sedikit," katanya.
Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Berpotensi Mengerek NPF Multifinance
Pembiayaan baru Clipan juga di prediksi akan meningkat di tahun ini dari Rp 3,69 triliun pada 2021 ke Rp 6,4 triliun pada 2022 karena support dari Panin Bank, dan di tahun 2023 di proyeksikan akan menyentuh angka Rp 8 triliun.
Oleh karena itu, dalam menjaga rasio GR, kata Harjanto, Clipan tetap berupaya memakai sumber joint financing secara optimal, dan juga selektif dalam kerjasama dengan bank lain agar mendapatkan COF yang rendah dan persyaratan yang flexible.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News