Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) berencana injak gas ekspansi di tahun ini dan tahun 2022. Perseroan menyatakan bakal melakukan penerbitan saham baru atau rights issue sebesar Rp 5 triliun di tahun depan. Aksi korporasi ini praktis dilakukan untuk memperkuat modal perseroan, khususnya modal inti atau tier 1 capital.
Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan pihaknya sampai saat ini sudah melakukan diskusi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Keuangan. Namun, lantaran masih dalam tahap pengkajian, belum ditentukan pada kuartal berapa rights issue itu bakal diterbitkan.
"Kami masih berdiskusi. Sudah diskusi dengan Kementerian BUMN beberapa kali, Kementerian Keuangan sudah jalan satu kali di level teknis, belum sampai ke Bu Menteri Keuangan," ujar Nixon dalam Konferensi Pers Virtual, Rabu (10/3).
Baca Juga: Meski ada pandemi, bisnis remitansi BNI tetap stabil sepanjang 2020
Tapi setidaknya, Nixon menjelaskan pihaknya berencana menyerap dana hasil rights issue sebesar Rp 3 triliun. Sedangkan sisanya, sebesar Rp 2 triliun diserap pemegang saham non pemerintah. "Pemerintah ikut ambil agar bisa dipertahankan sebagai pemegang saham mayoritas," terang Nixon.
Sekadar informasi saja, saat ini sebanyak 60% saham bank berkode emiten bursa BBTN ini dimiliki oleh Republik Indonesia. Sementara sisanya 40% dipegang oleh publik.
Ada banyak rencana yang akan dilakukan setelah dana tersebut berhasil dikumpulkan. Nixon menjelaskan, selain untuk meningkatkan modal inti Bank BTN dan membawa rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) ke level 17%, modal tersebut juga dibutuhkan untuk menopang Program Sejuta Rumah yang digagas pemerintah.
Lalu, perseroan juga punya beberapa rencana ekspansi anorganik seperti akuisisi anak usaha. "Modal ini dibutuhkan untuk ekspansi program sejuta rumah dan memperkuat rencana akuisisi asuransi jiwa, perusahaan modal ventura dan manajer investasi," jelasnya.
Sambil menunggu aksi korporasi tersebut, Bank BTN sebelumnya pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) memutuskan untuk tidak membagi dividen laba bersih tahun buku 2020. Utamanya, untuk memperkuat modal tier 1 perseroan.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia (BRIS) akan right issue hingga Rp 7,2 triliun tahun ini
"Jadi kita mau melakukan efisiensi, juga mau menaikkan tier 1 capital. Jadi story-nya adalah semua laba tahun berjalan 2020 menjadi cadangan modal, sehingga tidak ada dividen yang dibagikan," ungkapnya.
Dia menambahkan, selama ini untuk memperkuat permodalan Bank BTN banyak mengambil langkah penerbitan obligasi subordinasi atau subdebt untuk mendorong CAR. Namun menurut perseroan, aksi korporasi semacam itu sejatinya memerlukan biaya dan modal yang cukup besar.
Sebagai informasi tambahan, sepanjang tahun 2020 BTN berhasil mencetak laba bersih sebanyak Rp1,61 triliun. Angka tersebut naik fantastis sebesar 671% (year on year/yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya meraup laba bersih sebesar Rp 209 miliar.
Selanjutnya: BRI Agro mengantongi peringkat idAA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News