Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah optimistis pertumbuhan kredit perbankan akan melaju lebih cepat hingga dua digit pada kuartal IV-2025, seiring masuknya likuiditas murah ke bank-bank milik negara (Himbara) melalui kebijakan penempatan kas negara sebesar Rp 200 triliun yang bersumber dari Sisa Anggaran Lebih (SAL).
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, realisasi penempatan dana tersebut telah berjalan baik di sejumlah bank. Kebijakan ini disebut memberikan efek ganda bagi perbankan, yakni menambah likuiditas sekaligus menurunkan biaya dana (cost of fund), sehingga mendorong penyaluran kredit ke sektor riil.
“Sejak kita memindahkan uang kas pemerintah dari Bank Indonesia ke perbankan, ini sudah cukup menggembirakan realisasinya. Bukan hanya perbankan mendapatkan tambahan likuiditas sebesar Rp 200 triliun, tetapi juga dana ini lebih murah dibandingkan cost of fund mereka,” ungkap Febrio dalam agenda Media Gathering Kementerian Keuangan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan, Kamis (9/10/2025)
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2025 Diramal Tak Tembus 5%
Pemerintah menempatkan dana tersebut dengan bunga setara 80% dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate), atau sekitar 3,8%. Tingkat bunga yang rendah ini membuat dana pemerintah menjadi sumber likuiditas yang menarik dan efisien bagi bank.
Adapun realisasi pemanfaatan dana oleh Himbara terbilang tinggi. PT Bank Mandiri Tbk telah menyalurkan sekitar 74% dari penempatan dana sebesar Rp 55 triliun, disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan realisasi 62%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebesar 50%. Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah menyalurkan 19% dari Rp 25 triliun dana yang ditempatkan, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) mencapai 55% dari total Rp 10 triliun.
Menurut Febrio, bunga yang lebih murah mendorong bank-bank pelat merah untuk mempercepat penyaluran ke berbagai segmen, seperti kredit modal kerja, konsumsi, dan investasi, yang diharapkan dapat mendukung percepatan ekonomi.
“Ini kebijakan yang kelihatannya simple hanya memindahkan cash, tetapi dampaknya bagi pertumbuhan kredit dari Agustus baru 7% nan (7,56%), di akhir tahun ini bisa menuju ke 10%,” ujar Febrio.
Baca Juga: Pemerintah Jerman Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2025 Jadi 0,2%
Lebih lanjut, Febrio mengungkapkan kebijakan penempatan kas negara ini juga berdampak positif terhadap pertumbuhan likuiditas di sistem keuangan. Setelah penempatan dilakukan, pertumbuhan uang beredar sempit (M0) yang dipantau Bank Indonesia meningkat hingga 13% pada September.
Ia menegaskan, percepatan penyaluran kredit dari tambahan likuiditas murah ini diharapkan mampu menopang pertumbuhan ekonomi kuartal IV hingga 5,5%.
“Ini yang nanti kita harapkan bisa menjadi jalan untuk aktivitas ekonomi yang bertambah gara-gara adanya penyaluran kredit yang lebih cepat di akhir tahun,” pungkas Febrio
Selanjutnya: Pendapatan TSMC Naik 30% pada Kuartal III 2025, Didorong Lonjakan Permintaan Chip AI
Menarik Dibaca: 5 Cara Mengatasi Kulit Kusam Akibat Polusi, Jangan Malas Eksfoliasi!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News