kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini lima fokus BI bagi bank syariah di 2013


Senin, 17 Desember 2012 / 11:56 WIB
Ini lima fokus BI bagi bank syariah di 2013
ILUSTRASI. Seorang warga membawa payung saat melintas di Kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (16/10/2020). Cuaca hari ini di Jabodetabek cerah hingga hujan petir, menurut ramalan BMKG. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.


Reporter: Anna Suci Perwitasari |

JAKARTA. Untuk meningkatkan perkembangan perbankan syariah di 2013 mendatang, Bank Indonesia (BI) akhirnya mengambil lima langkah pengembangan dan kebijakan yang menjadi fokus tahun depan. Hal tersebut diungkapkan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah dalam pembukaan Seminar Akhir Tahunan Perbankan Syariah yang diselenggarakan hari ini (17/12).

Kelima fokus yang dimaksud adalah :


1. Pembiayaan perbankan syariah yang lebih mengarah kepada sektor ekonomi produktif dan masyarakat yang lebih luas.

Menurut Halim, pembiayaan kepada sektor produktif di samping bisa meningkatkan market share perbankan syariah juga akan mendukung kemandirian perekonomian nasional.

"Beberapa terobosan yang dapat ditempuh di antaranya dengan memasuki proyek skala prioritas seperti konstruksi, listrik dan gas, pertanian dan industri kreatif, sektor produktif untuk start up business, UKM serta yang termasuk dalam inisiatif MP3EI.

2. Pengembangan produk yang lebih memenuhi kebutuhan masyarakat dan sektor produktif.
Di sini maksudnya, BI mendukung pengembangan produk antara lain melalui penyempurnaan regulasi, proses perizinan produk, kajian produk dan diseminasi pengetahuan dan keterampilan untuk analis pembiayaan sektor produktif melalui kegiatan seperti workshop, lokakarya dan seminar.

3. Transisi pengawasan yang tetap menjaga kesinambungan pengembangan perbankan syariah.
Menurut BI, hal ini perlu dilakukan mengingat tahun depan merupakan periode krusial dalam mempersiapkan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari BI ke OJK.

Nantinya OJK akan melakukan pengaturan dan pengawasan perbankan secara mikro prudensial sedangkan makro prudensial di BI.

"Salah satu contoh kebijakan makro prudensial adalah ketentuan Financial to Value (FTV) dan Down Payment (DP) yang akan diterapkan pada perbankan syariah," jelas Halim.

4. Revitalisasi peningkatan sinergi dengan bank induk.
Strategi perluasan jangkauan dan peningkatan aset perbankan syariah masih dititikberatkan pada strategi kerja sama bank induk konvensional dengan bank syariah.

"Strategi tersebut diarahkan dengan tujuan mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas teknologi, jaringan kantor dan SDM, baik untuk layanan pendanaan maupun analisis pembiayaan," ungkap Halim.

5. Peningkatan edukasi dan komunikasi dengan terus mendorong peningkatan kapasitas perbankan syariah pada sektor produktif.

Perlu diketahui, aset perbankan syariah terus meningkat dan telah mencapai Rp 168 triliun pada September 2012. Angka tersebut melesat 37% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×