Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peran perbankan sangat esensial dalam mendukung sosialisasi serta menggerakkan perubahan industri untuk berpindah dari praktik konvensional ke pengelolaan usaha secara berkelanjutan.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merupakan salah satu bank yang sangat berkomitmen membangun dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s) melalui berbagai program dan inisiatif.
Dari 17 pilar SDG's, BCA fokus hadir dalam sembilan pilar yakni kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, energi bersih, pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja layak dan digitalisasi. Dari sembilan itu, perseroan menyederhanakan menjadi tiga pilar yaitu perbankan berkelanjutan, budaya berkelanjutan dan berkarya memberikan nilai.
Dari sisi perbankan berkelanjutan, BCA gencar mendorong penyaluran kredit berkelanjutan atau pembiayaan hijau. Hingga Maret 2022, portofolio kredit berkelanjutan di bank swasta terbesar di Tanah Air ini telah mencapai Rp 161,6 triliun per Maret 2022, tumbuh sebesar 25,6% secara year-on-year (YoY). Angka ini mengambil porsi sekitar 25% dari total portofolio BCA.
Baca Juga: Meski Tembus Rp 1.198 Triliun, Kontribusi Kredit UMKM Masih di Bawah 20% Per Mei
EVP Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, kredit berkelanjutan tersebut disalurkan ke tranportasi ramah lingkungan, energi terbarukan, gedung ramah lingkungan, air dan manajemen pengelolaan air berkelanjutan, sektor yang berhasil melakukan efisiensi energi, sektor penghasil produk-produk ramah lingkungan dan lain-lain.
Tak hanya itu, BCA juga memberikan biaya yang lebih murah bagi kredit di sektor-sektor berkelanjutan tersebut. "BCA memberikan bunga spesial 7,75% pada sektor hijau, kredit multiguna usaha dengan rate yang terjangkau sebesar 3,65%, hingga program-program khusus untuk mendukung nasabah BCA di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," papar Hera baru-baru ini.
Dari sisi limbah operasional, BCA juga melakukan melakukan pengelolaan secara bertanggung jawab. Pada saat perbankan diwajibkan melakukan migrasi seluruh kartu debit dari magnetic strip ke cip di akhir 2021 misalnya, BCA mengolah seluruh sampah kartunya menjadi paving block.
Hera mengungkapkan, sepanjang 2021, BCA mengumpulkan 938 kilogram kartu ATM baik karena migrasi ke kartu chip, karena alasan kartu rusak dan kartu tertelan ATM. Seluruh kartu itu tidak ada yang berakhir di tempat pembuangan sampah tetapi diolah sehingga menghasilkan 670 paving block. Hasil daur ulang ini digunakan di lahan parkir gedung BCA.
Bangun Perkantoran Konsep Green Building
Salah satu bukti bahwa BCA semakin mengedepankan pembangunan berkelanjutan adalah dengan menghadirkan Wisma BCA Foresta di kawasan BSD, Tangerang Selatan. Ini merupakan gedung perkantoran pertama BCA yang sudah sepenuhnya menerapkan green bulding dengan menerapkan teknologi berbasis ramah lingkungan. Gedung ini bahkan dilengkapi dengan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Baca Juga: BI: Melandainya Risiko Kredit Mendorong Penurunan Suku Bunga Perbankan
Komisaris BCA yang juga pengamat ekonomi Cyrillus Harinowo mengungkapkan pembangunan berkelanjutan merupakan tugas seluruh korporasi dan organisasi, tidak terkecuali bagi industri perbankan
“BCA sebagai bagian dari perbankan nasional telah selayaknya mendukung pembangunan berkelanjutan berbasis ekonomi hijau. Pembangunan ini sudah merupakan panggilan bersama yang penting bagi keberlangsungan bumi, untuk masa depan lebih baik generasi mendatang," katanya, Kamis (16/6).
Wisma BCA Foresta telah beroperasi sejak Oktober 2020. Gedung yang memiliki luas 45.000 meter persegi (m2) dan diperuntukkan sebagai kantor pusat BCA ini meraih sertifikasi Greenship Platinum dari Green Building Council Indonesia (GBCI).
Berbagai teknologi yang diterapkan di Wisma BCA Foresta, antara lain Building Automation System, penggunaan kaca double glass (low E), air minum reverse osmosis, pemanfaatan air recycle dan rain water, dan yang lainnya.
SVP Logistic & Building BCA Victor Teguh Sutedja menjelaskan, Wisma BCA Foresta sudah dirancang sejak awal sebagai green building. Tujuan awalnya adalah agar gedung bisa beroperasi secara efisien secara berkelanjutan. Sebab, BCA melihat bahwa biaya operasional gedung-gedung konvensional selama ini akan semakin mahal seiring usianya bertambah.
Oleh karena itu, BCA untuk pertama kalinya menggandeng konsultan energi dalam membangun perkantoran. Perseroan bekerjasama dengan konsultan dari Singapura yang sudah berpengalaman men-design gedung-gedung hijau di negaranya dan terbukti sukses menghadirkan gedung yang efisien secara operasional.
"Untuk membangun gedung agar dapat efisien dari sisi penggunaan energi secara berkelanjutan tidak cukup hanya dari penggunaan teknologi saja, tetapi sangat penting menggunakan jasa konsultan sejak mulai men-design gedung tersebut. Karena dari desain itulah selanjutnya kita bisa mengatur dan mengontrol penggunaan energi," jelas Victor.
Fitur-fitur green building yang digunakan Wisma BCA Foresta dimulai dari penggunaan kaca jendela yang menggunakan jenis kaca low E sehingga bisa menahan panas di bagian tengahnya. Victor bilang, fitur itu sangat membantu terbukti efisien dalam penggunaan listriknya. Itu juga jadi salah satu penilaian sehingga gedung tersebut berhasil mendapatkan sertifikat platinum dari GBCI.
Selanjutnya, ruangan kantor Wisma BCA ini juga di konsep open space. Tujuannya agar pendingin ruangan (Air Conditioner/AC) tidak perlu banyak karena ruangan tidak disekat-sekat. BCA melihat bahwa AC merupakan penyumbang terbesar dalam konsumsi listrik dalam operasional gedung yakni sekitar 70%. Sehingga konsep open space cukup signifikan dalam mengurangi penggunaan listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News