Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja Bank Perekonomian Rakyat (BPR) mengalami perlambatan secara tahunan dengan likuditas yang mengetat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kinerja BPR per Juni 2025 terlihat masih melambat dari Juni 2024.
Aset BPR hanya tumbuh 4,71% secara year on year (yoy) menjadi Rp205,58 triliun. Padahal di periode sama tahun sebelumnya aset tumbuh 5,73%.
Per Juni 2025, kredit BPR mencapai Rp 152,90 triliun atau tumbuh 5,73% secara tahunan. Pertumbuhannya lebih lambat dibanding pada Juni 2024 yang mencapai 6.52%.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 144,89 triliun, tumbuh 3,98%. Padahal di Juni 2024 DPK tumbuh 6,68%.
Baca Juga: OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Gayo Perseroda, Begini Nasib Dana Nasabah
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengakui, kinerja industri BPR/S masih dipengaruhi oleh scarring effect dari pandemi yang berdampak pada nasabah perorangan atau UMKM di daerah yang merupakan target BPR/S.
Namun demikian, OJK menilai kinerja Industri BPR/S posisi Juni 2025 tercatat masih tumbuh positif yang ditopang dengan peningkatan baik pada sisi aset, kredit dan DPK. Sementara itu, fungsi intermediasi dan likuiditas BPR/S tetap terjaga dan rasio permodalan yang masih berada di atas regulatory threshold-nya.
"OJK terus berkomitmen untuk memperkuat industri BPR/S sesuai amanat UU P2SK antara lain dengan menerbitkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko, kepatuhan dan tata kelola BPR/S," ungkap Dian dalam jawaban tertulisnya, dikutip Senin (15/9/2025).
Padahal selama ini bank perekonomian dipilih untuk simpan dana karena bunganya lebih tinggi dari bank umum dan instrumen investasi lain yang risikonya kecil. Tapi sekarang BPR harus dihadapkan pada persaingan dengan instrumen investasi seperti surat berharga yang bunganya sampai 7%.
Baca Juga: Izin BPR Disky Suryajaya Dicabut, LPS Siapkan Pembayaran Nasabah
Adapun Ketua Umum Kompartemen BPR Syariah Asbisindo, Cahyo Kartiko mengatakan, bahwa saat ini industri BPR-BPRS menghadapi persaingan yang cukup ketat khususnya dalam hal penghimpunan dana masyarakat.
"Dalam pengamatan kami, BPR-BPRS yang memiliki basis nasabah yang kuat berbasis komunikasi relatif lebih baik kondisi likuiditas nya. Misalnya BPRS yang memiliki basis nasabah di pasar-pasar tradisional, lembaga pendidikan atau komunitas-komunitas yang lain," terangnya.
Sedangkan kata Cahyo, BPR-BPRS yang basis nasabahnya lebih umum memiliki tantangan yang cukup berat karena harus bersaing dengan lembaga keuangan lain dan instrumen investasi pemerintah yang memiliki imbal hasil sama atau lebih tinggi.
"Apabila hanya mengandalkan sisi imbal hasil, maka BPR-BPRS akan sulit bersaing menghimpun dana masyarakat sehingga diperlukan strategi lain seperti pelayanan maupun fitur-fitur khas BPR-BPRS yang tidak dimiliki oleh yang lain," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama BPR Hasamitra I Nyoman Supartha yang akrab disapa Mansu mengaku, bisnis perusahaan berjalan baik, kinerja juga tetap tumbuh sesuai rencana.
"Sedikit sentimen yang mempengaruhi bisnis yakni masyarakat sudah membeli obligasi, dan pasar kredit sudah mengarah ke bank pelat merah," ungkap Mansu.
Per Agustus 2025 kinerja kredit BPR Hasamitra tumbuh 3% secara year to date (ytd) dari Desember 2024 Rp 2,67 triliun ke Rp 2,75 triliun pada posisi Agustus 2025. Adapun dari sisi DPK, tabungan tumbuh 3,12% ytd menjadi Rp 290,26 miliar pada Agustus 2025, dan deposito tumbuh 3,26% ytd menjadi Rp 1,90 triliun pada Agustus 2025.
"NPL Bruto kami juga tetap terjaga diangka 1,07% per posisi Agustus 2025," katanya.
Sementara itu BPR Hariarta Sedana mencatat penurunan kredit pada Juni 2025 mencapai 27,30% yoy menjadi Rp 293,32 miliar, adapun laba anjlok 84,79% menjadi Rp 243 juta per Juni 2025, dan DPK susut 28,16% yoy menjadi Rp 360,37 miliar
Baca Juga: Bos LPS Beberkan Perkembangan Terkini Digitalisasi BPR dengan Anggaran Rp 160 Miliar
Direktur Operasional BPR Hariarta Doly Purba mengakui, pada tahun 2025 ini, kinerja bisnis sektor industri Bank Perekonomian Rakyat menghadapi tantangan antara lain perkembangan teknologi layanan perbankan dengan digitalisasi, dimana dalam hal ini BPR memiliki keterbatasan sumber daya dan dana.
"Gejolak ekonomi global yang juga mempengaruhi ekonomi domestik dan lokal. Keterbatasan akses pendanaan dan likuiditas antara lain disebabkan menurunnya tingkat suku bunga LPS," katanya.
Walau demikian, Bank Hariarta tetap optimis untuk tumbuh dan mencapai kinerja bisnis tahun 2025 sebagaimana yang sudah dituangkan dalam RBB 2025 dengan melakukan strategi dan program antara lain efisiensi operasional, berkolaborasi dengan mitra fintech untuk pengumpulan dana pihak ketiga.
Selain itu, fokus pada segmen spesifik seperti UMKM untuk meningkatkan penyaluran kredit, bekerja sama dengan mitra penagihan untuk penyelesaian kredit bermasalah dan terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah serta meningkatkan Kompetensi SDM.
Selanjutnya: Jumlah BTS XLSMART Tumbuh 28%, Capai Lebih dari 209.000 Unit pada Semester I-2025
Menarik Dibaca: Turunkan Berat Badan Tanpa Diet Ekstrem, Ini Tips Sehatnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News