Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak mengalami penurunan sebesar 7,91% secara year to date (YtD). Bahkan pekan ini, Senin (24/3), IHSG ambruk 1,55% ke level 6.161,22.
Penurunan ini turut memengaruhi produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unitlink.
Menanggapi hal ini, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menilai bahwa penurunan IHSG dan yield obligasi memberikan tantangan bagi produk unitlink, tetapi juga membuka peluang untuk diversifikasi dan akumulasi aset investasi (saham dan obligasi).
“Jadi dalam jangka panjangnya kinerja unitlink masih menunjukkan arah yang meningkat di tengah fluktuasi pasar investasi saat ini. Tapi secara umum kinerja PAYDI saham di Prudential Indonesia sedikit terkoreksi seiring dengan tingginya arus keluar investor asing,” kata Chief Financial Officer Prudential Indonesia, Adit Trivedi kepada Kontan, Rabu (26/3).
Kendati begitu, Adit menuturkan meski sentimen pasar masih cenderung lemah, namun koreksi yang terus terjadi menyediakan peluang bagi investor dengan jangka waktu investasi panjang mengingat valuasi khususnya saham berada pada level yang menarik atau murah.
Baca Juga: IHSG Menguat 3,80% ke 6.472 pada Rabu (26/3), SMGR, BBTN, BBNI Jadi Top Gainers LQ45
“Apalagi penting untuk di ingat bahwa produk unitlink dengan subdana berbasis saham idealnya untuk jangka waktu investasi panjang,” imbuhnya.
Untuk itu, ia menilai fluktuasi yang terjadi di pasar saham dan pasar obligasi saat ini dapat disikapi dengan strategi diversifikasi, baik itu diversifikasi kelas aset ataupun diversifikasi waktu berinvestasi dengan menerapkan cara berinvestasi Dollar Cost Averaging.
Lebih lanjut, Adit mengatakan bahwa Prudential Indonesia juga terus berupaya agar kinerja produk unitlink atau PRULink sejalan dengan kinerja pasar (indeks acuan). Di mana, dalam pengelolaan subdana PRULink, pihaknya sangat memperhatikan kenyamanan nasabah dalam berinvestasi.
“Penempatan pada obligasi pemerintah dan obligasi korporasi yang memiliki peringkat layak investasi (investment grade) menjadi salah satu strategi kami dalam mengelola portofolio investasi PAYDI berbasis pendapatan tetap (obligasi) dan portofolio investasi PAYDI berbasis campuran,” jelasnya.
Sedangkan terkait dengan portofolio investasi PAYDI berbasis saham, Adit bilang, Prudential Indonesia juga senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola subdana PRULink sesuai dengan strategi investasi masing-masing subdana, antara lain dengan memilih saham perusahaan yang memiliki bisnis yang berkesinambungan, kinerja keuangan yang solid, manajemen yang berkualitas, valuasi yang menarik dan likuiditas yang baik.
Sementara itu, ia menyebutkan bahwa pengelolaan aset dan aset investasi Prudential Indonesia hingga kuartal tiga 2024 tetap kuat dan stabil di tengah kondisi pasar yang relatif statis, yang mana sampai dengan periode tersebut, perusahaan mencatat total aset sebesar Rp61,1 triliun dan dipercaya untuk mengelola total aset investasi sebesar Rp 56 triliun.
“Dalam mengelola aset investasi nasabah, Prudential Indonesia senantiasa menerapkan praktik investasi yang bertanggung jawab. Kemudian, kami juga terus berupaya agar kinerja investasi PRULink sejalan dengan kinerja pasar (indeks acuan),” ujarnya.
Lebih jauh lagi, Adit menuturkan bahwa secara umum, pada Januari 2025 mayoritas penempatan investasi perusahaan ada pada subdana berbasis saham.
Pada periode yang sama mayoritas subdana PRULink mencatatkan kinerja positif. Menurut dia, hal ini mencerminkan penerapan strategi investasi yang efektif dalam mengelola subdana PRULink, serta komitmen dalam memberikan nilai tambah bagi nasabah.
Adapun, terkait dengan prospek besaran premi secara umum di tahun 2025, Adit bilang hal ini ditentukan oleh sejumlah faktor dan potensi risiko yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi besar atau kecilnya nilai premi nasabah, yakni usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pola hidup, nilai uang pertanggungan yang didapatkan, serta pilihan manfaat asuransi yang diambil dan masa kontrak polis.
“Termasuk ketika nasabah membeli produk asuransi tambahan (riders) maka juga akan mempengaruhi besaran preminya yang pastinya akan menjadi lebih tinggi tergantung proteksi dan manfaat yang ingin didapatkan,” jelasnya.
Namun, ia menegaskan bahwa kondisi pasar yang fluktuatif tidak mempengaruhi besar kecilnya premi yang dibayarkan, tapi seberapa besar proteksi dan manfaat yang ingin didapatkan.
Adit pun memproyeksi pada tahun 2025, akan menjadi tahun yang berpotensi menyediakan pertumbuhan bagi ekonomi dan pasar keuangan, termasuk pasar saham dan pasar obligasi di tengah potensi berlanjutnya tren penurunan suku bunga global.
Baca Juga: IHSG Melonjak 3,3% ke 6.444,8 di Sesi Pertama, Nilai Transaksi Capai Rp 27,1 Triliun
Selanjutnya: Cek Jadwal Hingga Ketentuan Mengikuti Seleksi Jalur Mandiri UGM 2025
Menarik Dibaca: Semarang Masih Hujan Siang Hari, Ini Prakiraan Cuaca Besok (27/3) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News