Reporter: Roy Franedya | Editor: Edy Can
JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) melarang Citibank menerbitkan kartu kredit baru membawa berkah bagi bank lain. Para kompetitor bisa mengisi kekosongan pasar yang ditinggalkan jawara kartu kredit itu. Larangan dari BI ini sejalan dengan rekomendasi DPR yang meminta BI melarang Citibank menerbitkan kartu kredit baru hingga kasus kematian Irzan Octa memiliki kekuatan hukum tetap.
Kepala Biro Akuntansi dan Sistem Pembayaran BI Aribowo mengatakan, para pesaing akan memanfaatkan nasabah lama Citibank yang memilih menggunakan bank lain. Kemungkinan ini bisa terjadi, karena nasabah terpengaruh oleh maraknya kabar tentang sistem penagihan di bank tersebut.
Para pesaing Citibank bisa juga menadah calon-calon nasabah baru yang sudah kebelet memiliki kartu kredit. "Kejadian ini akan membuat penjualan kartu kredit Citibank turun. Bisa saja HSBC, Standard Chartered Bank atau Bank BNI yang saat ini sangat agresif menumbuhkan bisnis kartu kreditnya," ujar Aribowo, Jumat (8/4).
Berdasarkan data BI, pada Februari 2011 jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 13,8 juta kartu dengan total transaksi Rp 13,29 triliun. Setiap bulan rata-rata volume dan transaksi kartu kredit tumbuh 1%. Jika melihat penguasaan pasar Citibank saat ini dan pertumbuhan bisnis diasumsikan sama, maka setiap bulan ada 21.804 “calon nasabah” Citibank yang diperebutkan kompetitor. Market share Citibank sendiri sebesar 15,8%.
Meski peluang ekspansi kartu kredit terbuka, Aribowo memprediksi, beberapa bulan ke depan pertumbuhan bisnis ini cenderung melandai. Masyarakat belum percaya atas produk ini. "Setelah masalah ini selesai bisnis tumbuh lagi. Tahun ini, minimal kartu kredit tumbuh 10%," katanya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Kartu Kredit Indonesia Steve Marta mengatakan, peristiwa Citibank bisa menurunkan jumlah kartu kredit. "Karena kondisi ini, nasabah yang memiliki kartu kredit lebih dari satu akan melakukan review apakah perlu kartu kredit lebih dari satu. Bila tidak perlu, ia akan menutup kartu kredit lainnya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News