kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KPR non subsidi masih seret di awal tahun


Kamis, 29 Maret 2018 / 15:02 WIB
KPR non subsidi masih seret di awal tahun
ILUSTRASI.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maybank Kim Eng Sekuritas mencatat, permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) sejak akhir tahun lalu sampai dengan awal 2018 terus bertumbuh. Hanya saja, mayoritas permintaan kredit yang masuk antara lain untuk hunian rumah murah alias ticket size di bawah Rp 700 juta dan KPR subsidi.

"Terlihat dari kredit bank penyalur KPR subsidi, seperti BTN yang kreditnya tumbuh tinggi untuk rumah bersubsidi, sementara bank lain masih pelan pertumbuhannya untuk KPR," ujar analis Maybank Kim Eng Sekuritas, Aurelia Setiabudi di Ritz Carlton, Singapura, Selasa (27/3) lalu.

Menurutnya, permintaan KPR dengan harga rumah di atas Rp 1 miliar terbilang stagnan. Kim Eng memproyeksi, kondisi ini akan terus berlanjut paling tidak dalam dua tahun ke depan.

"Untuk properti yang masih ada peningkatan kredit kebanyakan rumah di bawah Rp 1 miliar. Seperti BCA, CIMB Niaga yang mengincar kelas atas, bisa dibilang pertumbuhannya 0% (stagnan)," ungkap Aurelia.

Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Budi Satria mengamini KPR non subsidi secara industri belum menunjukan pertumbuhan yang optimal. Kendati demikian, bank yang fokus ke pembiayaan perumahan ini menyebut untuk KPR non subsidi perseroan masih bisa tumbuh.

"KPR non subsidi di BTN masih bisa tumbuh bahkan di akhir Februari 2018 target realisasi mencapai 106,76%, dan secara year on year tumbuh 28,86%," kata Budi kepada Kontan.co.id, Kamis (29/3).

Menurut Budi, di awal tahun ini, konsumen masih belum tertarik untuk mengeluarkan dana pembelian rumah, baik untuk rumah huni maupun investasi. Bahkan, guna tetap menggenjot KPR non subsidi, BTN kerap melakukan berbagai program untuk menjaga posisi pertumbuhan.

Terbaru, BTN telah mengeluarkan suku bunga KPR non subsidi promo khusus fixed income sebesar 8% selama tiga tahun. Serta bunga 9% fixed untuk lima tahun. Sementara untuk non fixed income, BTN mematok promo suku bunga 9,5% selama setahun.

"Permintaan tetap ada, tapi masih terbatas. Karena itu kami dorong dengan berbagai promo untuk program," imbuh Budi. Sebagai gambaran saja, sampai akhir 2017, BTN mencatat realisasi KPR non subsidi mencapai Rp 75,27 triliun. Jumlah tersebut meningkat 32,45% dari posisi 2016 yang sebesar Rp 56,83 triliun.

Sampai akhir tahun ini, BTN menargetkan dapat menyalurkan KPR sebesar Rp 73,8 triliun atau mencapai 213.132 unit rumah.

Sementara, PT Bank CIMB Niaga Tbk mengatakan, permintaan KPR memang trennya melambat di awal tahun. "Tahun ini kami menargetkan KPR naik di atas 15% portofolionya, dan kami tidak ada KPR non subsidi. Biasanya memang di kuartal I secara musiman belum terlihat kenaikan," tutur Lani Darmawan, Direktur Konsumer CIMB Niaga.

Untuk dapat menggenjot realisasi KPR, CIMB Niaga masih akan melanjutkan strategi yang sudah dinilai berhasil selama ini. Antara lain, mempercepat dan mengoptimalkan kenyamanan proses akad kredit, serta meningkatkan kerja sama dengan pihak pengembang, agen properti dan cross selling dengan nasabah yang sudah ada.

Lani menjelaskan, dalam prakteknya, untuk mendorong KPR tak cukup hanya dengan bersaing dari sisi suku bunga. Apalagi, untuk bank-bank yang menawarkan KPR kelas menengah ke atas. Atas hal itu, CIMB Niaga lebih memilih untuk menjaga relasi antar nasabah dan rekanan untuk terus memperbaiki kualitas KPR. "Bunga bukan merupakan daya tarik satu-satunya, yang penting juga adalah proses dan kualitas tenaga penjualannya," katanya.

Catatan saja, tahun lalu, CIMB Niaga membukukan pertumbuhan KPR sebesar 12% menjadi Rp 27 triliun. Memakai asumsi target pertumbuhan 15% tahun ini, artinya perseroan mematok dapat menggapai outstanding KPR sebesar Rp 31,05 triliun pada akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×