Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Sindikasi ini dijamin dengan persediaan dan piutang senilai nilai kredit. Ditambah masing-masing bank bakal diberi jaminan gadai atas 51% entitas anak Krakatau Steel: PT Krakatau Bandar Samudera, PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, dan PT Krakatau Tirta Industri.
Penambahan fasilitas produksi yang bakal mulai beroperasi 2020 juga telah dipatok untuk membayar utang lain, sehingga kemampuan Krakatau untuk menunaikan restrukturisasi cukup riskan.
Utang Krakatau Steel terhadap Commerzbank dan AKA yang tak masuk dalam skema restrukturisasi misalnya bakal dicicil dari pendapatan pabrik baru Hot Strip Mill 2 yang akan mulai beroperasi tahun ini.
Baca Juga: Perluas paar pembiayaan, Investree jalin kerja sama dengan Midtrans
Akhir tahun lalu perkembangan pembangunan Hot Strip Mill 2 yang menelan biaya investasi hingga US$ 515,6 juta ini telah mencapai 96,18%. Adapun dalam perjanjian kreditnya, pembayaran paling lambat dimulai pada Juni 2020. Fasilitas kredit ini bakal dicicil. Selama 16 kali oleh perseroan dengan pembayaran per semester.
“Kredit Commerzbank itu melalui skema ECA (export credit agency) Project untuk pembangunan Hot Strip Mill 2. Nanti akan dibayar setelah dari operasional yang bakal dimulai tahun ini,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (29/1).
Dengan semangat sinergi BUMN (Badan Usaha Milik Negara), meski beresiko besar, bank pelat merah yang sejatinya punya eksposur kredit terbesar masih optimistis Krakatau Steel bisa menunaikan restrukturisasinya. Padahal terang-terangan eksposur Bank Mandiri, BNI, dan BRI ke Krakatau Steel mengganggu risiko kredit alias loan at risk mereka.
Sebagai catatan rasio risiko kredit merupakan perbandingan antara kredit di level kolektablitas 1 yang direstrukturisasi ditambah kolektibilitas 2 hingga kolektibilitas 5 terhadap total penyaluran kredit.
Baca Juga: Sri Mulyani melihat AS masih menjadi sumber ketidakpastian ekonomi di 2020