kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kredit belum ditarik dipengaruhi ekonomi global


Selasa, 03 Oktober 2017 / 19:11 WIB
Kredit belum ditarik dipengaruhi ekonomi global


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai bulan Agustus 2017, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan masih melambat.

Tercatat per Agustus 2017, kredit tumbuh satu digit sebesar 8,4% secara year on year menjadi Rp 4.514,5 triliun. Kendati demikian jumlah tersebut tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Juli 2017 yang hanya tumbuh 7,9%.

Salah satu hal penyebab masih melambatnya pertumbuhan kredit antara lain masih tingginya jumlah kredit yang belum ditarik (undisbursed loan).

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai tren perlambatan kredit merupakan cerminan dari kondisi pertumbuhan ekonomi baik domestik maupun global yang kian melemah.

"Kredit lambat makanya banyak undisbursed loan. Ekonomi dunia masih lemah jadi permintaan kredit belum banyak," kata Jahja kepada KONTAN, Selasa (3/10).

Gambaran saja, sampai dengan bulan Agustus 2017 total kredit belum disalurkan BCA tercatat mencapai Rp 186,41 triliun. Jumlah tersebut naik secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 13,91% dari periode tahun lalu Rp 163,64 triliun.

Dari total undisbursed loan tersebut, sebanyak Rp 173,18 triliun berasal dari debitur swasta. Jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2016, jumlah ini meningkat 11,82% yoy.

Selain BCA, PT Bank OCBC NISP Tbk juga menyebut perlambatan kredit berdampak pada kredit belum disalurkan. Hanya saja, Presiden Direkur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menilai hal ini masih relatif normal.

"Kredit kami per Agustus masih tumbuh di level 16% - 17%," ujar Parwati.

Bank yang terafiliasi dengan OCBC Group ini menilai masih lambatnya pertumbuhan kredit secara keseluruhan dikarenakan masih belum bertumbuhnya ekonomi alias stagnan.

Belum lagi, ditambah dengan potensi resiko kredit yang juga semakin tinggi. "Dampak digital disruption dan era transparansi yang baru juga rasanya tidak bisa dikecilkan," tambahnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×