Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit konstruksi sepanjang tahun 2019 masih tumbuh mekar meskipun secara umum penyaluran kredit perbankan di tahun itu tumbuh melambat dibandingkan 2018. Tahun lalu, kredit bank hanya tumbuh 6,08%, melambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 11,7%.
Berdasarkan data analisis uang beredar Bank Indonesia (BI), kredit konstruksi perbankan per Desember 2019 tercatat Rp 365,5 triliun atau tumbuh dua digit yakni 14,4%. Itu terdiri dalam bentuk kredit investasi sebesar Rp 135,2 triliun dan kredit modal kerja Rp 230,3 triliun yang masing-masing tumbuh 32,4% dan 6%. Realisasi itu tumbuh lebih tinggi dibanding 2018 yang mencatatkan kredit konstruksi Rp 319,3 triliun atau tumbuh 22,6%.
Baca Juga: Meski fintech bertebaran, transaksi kartu kredit perbankan masih menggigit
Sejumlah bank berhasil menorehkan pertumbuhan outstanding kredit konstruksi cukup tinggi tahun lalu. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya, mencatatkan outstanding kredit konstruksi sebesar Rp 3,81 triliun atau tumbuh 44,56% dibanding tahun sebelumnya.
Pejabat Pengganti Sementara (Pgs) Direktur Utama Bank Jatim, Ferdian Timur Satyagraha mengatakan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2018. Adapun porsi kredit konstruksi terhadap total kredit Bank Jatim mencapai 10,34%.
Bank Jatim optimis melihat prospek kredit konstruksi tahun ini. "Itu terlihat dari Permintaan sektor properti baik apartemen maupun perumahan yang sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk," kata Ferdian pada Kontan.co.id, Selasa (4/2).
Meski peluangnya masih besar, namun tantangannya juga tetap ada. Ferdian bilang, persaingan dengan bank lain terutama yang memiliki sektor utama di bidang konstruksi properti dan KPR menjadi tantangan perseroan.
Baca Juga: Sepanjang 2019, OJK terima pungutan Rp 5,99 triliun dari lembaga keuangan
Tahun ini, Bank Jatim menargetkan kredit konstruksi tumbuh 30%. Untuk mencapai target itu, perseroan akan melakukan pendekatan ke asosiasi konstruksi melalui seluruh kantor cabang perseroan. Dalam memberikan kredit konstruksi, bank ini juga akan fokus pada pengembang.
PT Bank Woori Saudara Tbk (SDRA) juga menorehkan pertumbuhan kredit konstruksi cukup signifikan. Outstanding kredit konstruksi bank ini ada di kisaran Rp 600 an miliar atau tumbuh 30% lebih dibandingkan tahun 2018.
Perwakilan manajemen sekaligus Tim Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memandang prospek kredit konstruksi tahun ini masih akan tumbuh. Hanya saja pertumbuhannya tidak akan setinggi tahun lalu. Perseroan hanya membidik pertumbuhan 10% YoY.
"Sebenarnya secara nominal, growth-nya agak mendekati dengan tahun 2019 tetapi karena tahun 2018 outstanding-nya masih kecil sehingga presentase pertumbuhannya besar," katanya.
Baca Juga: Ini empat fokus OJK dalam mereformasi pengawasan industri keuangan non bank
Menurut Rully, peluang kredit konstruksi masih ditopang oleh proyek infrastruktur pemerintah. Adapun tantangan pembiayaan konstruksi ke depan masih akan bertumpu pada bank-bank BUMN yang memiliki market share yang besar. Untuk mendorong kredit jenis ini, Bank Woori akan melakukan sindikasi dengan bank BUMN untuk membiayai proyek infrastruktur pemerintah.
Sedangkan PT Bank Mayapada Tbk hanya mencatatkan kredit konstruksi tumbuh sekitar 8% atau lebih rendah dari tahun 2018 yang masih tumbuh skeitar 9%-10%. Porsi kredit ini masih dibawah 20% dari total kredit perseroan.
Direktur Utama Bank Mayapada (MAYA) Hariyono Tjahjarijadi melihat prospeknya kredit konstruksi tahun ini masih tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2019. "Kami menargetkan kredit secara keseluruhan tumbuh sekitar 8%-9^% tahun ini," ujarnya.
Baca Juga: Laba Mitsubishi UFJ Group (MUFG) merosot setelah akuisisi Bank Danamon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News