Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri bank digital masih menunjukkan performa laba yang tumbuh lebih mentereng dibandingkan bank konvensional.
Pendapatan bunga bersih yang masih tumbuh tinggi, menjadi bahan bakar kenaikan laba sederet bank digital hingga sembilan bulan pertama tahun ini.
Ambil contoh, PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang mencatatkan kenaikan laba bersih setinggi 131,9% secara tahunan menjadi Rp 199,1 miliar per September 2025. Pertumbuhan ini disokong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 64,9% menjadi Rp 1,08 triliun.
Baca Juga: Pertumbuhan Bank Digital Makin Kencang Kala Kinerja Bank Konvensional Lesu
Ada pula PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang membukukan laba Rp 41,97 miliar hingga triwulan ketiga 2025, alias naik 23,9% secara tahunan.
Peningkatan keuntungan ini salah satunya didorong pendapatan bunga bersih yang tumbuh 23,06% menjadi Rp 512,2 miliar.
Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut Subagia mengatakan, pertumbuhan kinerja ini didukung akselerasi pertumbuhan bisnis, baik dari sisi penyaluran kredit digital, transaksi maupun berbagai inovasi strategis.
Capaian ini juga membuat perseroan optimistis target bisnis di tahun ini bisa dipenuhi. Di mana, Bank Raya menargetkan pertumbuhan kredit di level 5%-8%.
Baca Juga: Penggunaan Saku Bisnis Milik Bank Raya Catatkan Pertumbuhan hingga 174% per Juni 2025
Sementara dari sisi laba, perseroan ini tetap yakin mampu mencatatkan pertumbuhan dua digit hingga akhir tahun nanti.
"Kami memproyeksikan parameter-parameter kinerja seperti laba, dana pihak ketiga dan kredit hingga akhir tahun akan terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif," kata Ida, Jumat (31/10).
Tak ketinggalan, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) juga mencetak kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 28,75% menjadi Rp 818,69 miliar. Alhasil, laba bersih bank ini ikut terkerek 25,54% menjadi Rp 379,87 miliar.
Sekretaris Perusahaan Allo Bank Stacey Aryadi Suryoputro bilang, pertumbuhan laba juga ditopang optimalisasi kredit, khususnya di segmen bisnis ritel lewat produk PayLater/InstantCash.
Meski ia mengakui, pihaknya melihat tantangan cukup besar seiring revisi Bank Indonesia atas proyeksi pertumbuhan kredit nasional menjadi 8%-11%, dari awalnya 11%-13%.
Baca Juga: Perbankan Digital Makin Pacu Penyaluran Digital Lending
Kondisi makroekonomi yang penuh ketidakpastian juga menjadi tantangan lain yang harus dihadapi.
Namun Stacey menyebut data makroekonomi yang kurang kondusif tidak menjadi alasan untuk berhenti menyalurkan kredit. "Melainkan momentum untuk mengkalibrasi kembali strategi agar lebih selektif, presisi, dan berbasis data," ungkap Stacey.
Selanjutnya: Cara Hapus Data Pinjol dengan Aman dan Cepat, Ini Langkah yang Perlu Kamu Tahu
Menarik Dibaca: Cara Hapus Data Pinjol dengan Aman dan Cepat, Ini Langkah yang Perlu Kamu Tahu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













