Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lampu kuning itu menyala terang. Alarm berbunyi lantang.. Ya, pandemi Covid-19 memang sudah berdampak ke perlambatan kinerja perbankan. Meningkatnya risiko kredit akibat perlambatan ekonomi menyebabkan industri perbankan harus menyediakan pencadangan.
Walhasil, pertumbuhan laba bersih perbankan menjadi tersendat. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia ini pun membukukan laba bersih menurun 4,8% secara year on year (yoy) menjadi Rp 12,24 triliun pada semester I 2020.
Sampai bulan Juni, 2020 BCA harus mengeluarkan biaya pencadangan alias provisi cukup jumbo menyentuh Rp 6,54 triliun atau naik 167,3% (yoy). Nah, bila tidak menghitung pencadangan, sebenarnya BCA masih mencatatkan laba (sebelum pencadangan) naik 15,8% yoy menjadi Rp 21,53 triliun.
Tapi analis masih optimistis terhadap BCA.
Baca Juga: BCA proyeksi kredit masih bisa tumbuh 2% tahun ini
Menurut Pengamat Pasar Modal dan Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee, dalam situasi pandemi Covid-19 memang sudah bisa dipastikan kalau laba perbankan akan menciut.
Hal ini tentu disebabkan oleh berkurangnya potensi kredit serta pendapatan bunga yang diakibatkan dari tren restrukturisasi kredit.
"Walhasil memaksa bank membentuk pencadangan, tapi sebagian masalah tidak terlalu kelihatan dengan adanya Peraturan OJK Nomor 11 soal restrukturisasi," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (27/7).
Hans juga mengakui kalau BCA penurunannya masih lebih minim, sebab dengan tren seperti sekarang bisa saja bank lain mengalami penurunan laba lebih dalam dibandingkan BCA.
Tetapi, di samping itu hal ini memang tidak dapat dipungkiri akan terjadi di sektor perbankan. Setidaknya, sampai ekonomi kembali pulih, perlambatan kinerja perbankan mulai dari laba hingga kredit masih akan berlanjut.
"Kemungkinan profit bank akan turun, kalau BCA turun 4% itu justru jauh lebih bagus dibandingkan bank lain, bahkan di luar negeri yang turunnya bisa 20%-40%," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma justru mengatakan penurunan laba BCA sebesar 4% jauh lebih baik dibandingkan proyeksi. "Turunnya tidak sejelek yang saya bayangkan, sebetulnya bagus," katanya.
Baca Juga: Diterpa pandemi, DPK dan rasio keuangan BCA masih positif
Menurut Suria, berbeda dengan bank kompetitornya BCA lebih bisa mengendalikan biaya bunga lewat optimalisasi dana murah (CASA) yang kuat.
Memang, pada Semester I 2020 BCA masih mampu mempertahankan rasio CASA tetap di level 75,6%, nyaris tidak bergerak dari tahun sebelumnya. Malah kalau dirinci, dana giro dan tabungan BCA di semester I 2020 justru naik masing-masing 12,8% dan 13% secara yoy.
Lebih lanjut, Dia juga mengatakan kalau secara umum sektor perbankan bakal mengalami penurunan laba. Termasuk empat bank besar yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), BCA dan BNI. "Tapi mungkin yang turun paling rendah itu BCA," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News