Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi likuiditas yang mengetat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat ada perilaku yang menunjukkan perbankan bisa mengurangi kepemilikan pada Surat Berharga Negara (SBN). Alasannya, OJK menilai bank kini memiliki permintaan kredit yang lebih tinggi.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan obligasi negara hanya merupakan salah satu strategi diversifikasi aset dan pendukung pengelolaan likuiditas bank. Artinya, jika permintaan kredit tinggi maka wajar jika porsi SBN jauh lebih kecil dibandingkan kredit dalam portofolio bank.
Dian mencontohkan saat pandemi berlangsung, kepemilikan bank terhadap SBN meningkat cukup signifikan. Ini mengingat lemahnya permintaan kredit sedangkan di sisi lain pertumbuhan dana perbankan cukup tinggi. Pasca pandemi, kredit pun mulai ternormalisasi.
Baca Juga: Yield SBN 10 Tahun Naik Lagi 7,315%, Tapi Bukan Pilihan Menarik Jelang Lebaran?
“Hal tersebut mendorong bank kembali meningkatkan fungsi intermediasi sehingga portofolio SBN yang dimiliki perbankan terkontraksi dan terjadi switching antara kredit dan SBN, utamanya dalam dua tahun terakhir,” ujar Dian, belum lama ini.
Namun demikian, Dian melihat porsi SBN terhadap total aktiva produktif perbankan pada Januari 2025 sebesar 10,94%. Ini lebih tinggi dibandingkan porsi SBN terhadap total aktiva produktif sebelum pandemi yang berada di kisaran 8%.
Dilihat dari total kepemilikan pada SBN, Dian melihat ada penurunan porsi kepemilikan SBN perbankan. Sebagai gambaran pada Januari 2024 sebesar 27,40%, sementara di Januari 2025 menjadi 18,52%.
Baca Juga: Saham Kurang Untung, ADPI Sarankan Dapen Ambil Alternatif Investasi ke SBN dan SRBI
“Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan fiskal pada perbankan semakin menurun dan digantikan dengan peran bank sentral dan investor domestik lainnya,” ujarnya.
Dian pun menegaskan dalam rangka pembiayaan utang negara, sektor perbankan tentunya memiliki peran dalam mendukung pembiayaan pemerintah melalui pembelian SBN.
Hanya saja, Dian bilang strategi lain juga diperlukan untuk meningkatkan minat investor utamanya investor asing, terhadap pembelian surat berharga di Indonesia.
Baca Juga: Harga SBN Turun, Asuransi Jiwa Harus Perkuat Mitigasi Risiko
Selanjutnya: Tokio Marine Menilai Kenaikan Ekspor Jadi Sinyal Positif bagi Asuransi Marine Cargo
Menarik Dibaca: KAI Layani 2 Juta Penumpang Selama Angkutan Lebaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News