kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Lini Bisnis Anggota Holding Ultra Mikro Semakin Luas


Kamis, 16 November 2023 / 18:53 WIB
Lini Bisnis Anggota Holding Ultra Mikro Semakin Luas
ILUSTRASI. Kontan - BRI Kilas Ultra Mikro Online.


Reporter: Adrianus Octaviano, Arif Ferdianto, Dikky Setiawan, Ferry Saputra, Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak bisa dipungkiri, keberadaan holding ultra mikro (UMi) semakin memperluas akses para pelaku usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan modal. Hal ini bisa dilihat dari semakin menebalnya portofolio pembiayaan tiga anggota holding UMi ke segmen usaha mikro.

Contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Sebelum menjadi induk holding UMi pada September 2021, porsi kredit BRI ke segmen mikro masih di kisaran 40%. Pada 2020, misalnya, penyaluran kredit BRI ke segmen mikro baru senilai Rp 351,3 triliun. Jumlah ini mencapai 40% dari total portofolio kredit BRI sebesar Rp 938,37 triliun.

Selebihnya, kredit BRI mengalir ke segmen usaha kecil dan menengah, konsumer dan segmen korporasi. Pada akhir 2021, segmen mikro kembali menjadi sumber pertumbuhan bisnis utama BRI (bank only), namun dengan porsi yang meningkat menjadi 42,06% dari total portofolio kredit sebesar Rp 943,70 triliun.

Baca Juga: Dengan Holding Ultra Mikro, Pengusaha Kecil Tak Takut Bisnis KO

Jika dihitung secara konsolidasian dengan bergabungnya PNM dan Pegadaian di holding ultra mikro, penyaluran kredit mikro BRI pada 2021 mencapai Rp 483,89 triliun. Realisasi ini berkontribusi sekitar 46,4% terhadap total portofolio kredit BRI secara grup yang mencapai Rp 1.042,87 triliun pada tahun 2021.

Jika dirinci, segmen mikro mendominasi penyaluran kredit BRI dengan nominal sebesar Rp 483,89 triliun, segmen kecil dan menengah Rp 240,35 triliun, segmen korporasi Rp 168,27 triliun dan segmen konsumer Rp 150,35 triliun. Secara agregat, 83,86% dari total penyaluran kredit BRI pada 2021 disalurkan ke segmen UMKM.

Porsi kredit BRI ke segmen mikro semakin gemuk pada 2022, dengan porsi 44% dari total penyaluran kredit BRI sebesar Rp 1.139,08 triliun. Hingga akhir 2022, BRI menyalurkan kredit mikro Rp 551,26 triliun, tumbuh 13,92% secara tahunan. Sebanyak 84,74% kredit BRI pada 2022 mengalir ke segmen UMKM dan 15,26% ke korporasi.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari pernah menyebut, ke depan pembiayaan sektor mikro diharapkan masih menjadi penopang pertumbuhan perseroan. "Pada 2025 portofolio kredit mikro ditargetkan 45% dari total pembiayaan BRI. Tapi kalau ditambah holding ultra mikro itu jadi 48%," ujar Supari.

Kehadiran holding ultra mikro juga menambah kontribusi PT Penanaman Nasional Madani (PNM) terhadap segmen usaha ultra mikro. Jauh sebelum menjadi anggota holding UMi, pendirian PNM oleh pemerintah pada Juni 1999 bertujuan untuk menjadi penyalur pembiayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

Lewat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program, PNM ditunjuk menjadi BUMN Koordinator untuk menyalurkan dan mengelola 12 skim kredit program eks Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).

Ada 12 skim kredit yang semula dikelola BI dialihkan kepada PNM. Di antaranya, kredit kepada koperasi primer untuk anggotanya (KKPA), kredit KKPA pembiayaan usaha peternakan (KKPA-Unggas) dan KKPA untuk pembiyaaan usaha nelayan (KKPA-Nelayan). Selain itu ada pula kredit modal kerja untuk usaha angkutan umum bus perkotaan.

Seiring berjalannya waktu, PNM lebih fokus menjalankan perannya sebagai penyaluran pembiayaan ultra mikro. Ini dimulai pada 2008 ketika PNM melakukan transformasi bisnis dengan meluncurkan produk Ulamm (Unit Layanan Modal Mikro). Produk ini memberikan pembiayaan secara langsung kepada pelaku usaha mikro dan kecil.

Untuk melengkapi portofolionya di segmen pembiayaan mikro, pada tahun 2015 PNM meluncurkan produk PNM Mekaar, singkatan dari Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera. Produk PNM Mekaar ini memberikan layanan khusus bagi masyarakat prasejahtera pelaku usaha ultra mikro. Dus saat ini PNM memiliki dua lini utama yakni Mekaar dan UlaMM.

Kinerja dua produk ini cukup mentereng. Contohnya, pembiayaan Mekaar. Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan, dari Januari sampai Juli 2023, penyaluran Mekaar mencapai Rp 38,8 triliun. Jika dihitung sejak 2016 hingga Juli 2023, total penyaluran Mekaar sudah tembus Rp 207,8 triliun.

Sementara itu, penyaluran ULaMM sejak Januari hingga Juli 2023 mencapai Rp 998 miliar, dengan nasabah aktif per Juli 2023 berjumlah 135.000. Outstanding ULaMM per Juli 2023 mencapai Rp 4,8 triliun. "Kalau dihitung sejak berdiri, PNM sudah menyalurkan pembiayaan Rp 214 triliun," kata Arief.

Tak jauh beda dengan BRI dan PNM, lini bisnis Pegadaian juga berkembang sejak menjadi bagian dari holding ultra mikro. Sebelumnya, Pegadaian hanya fokus menyediakan jasa layanan gadai. Bahkan, di masa sebelum pandemi Covid-19 layanan ini menyumbang sekitar 90% pendapatan Pegadaian.

Baca Juga: Ini Upaya Holding Ultra Mikro Menjaga Kualitas Kredit

Namun, setelah bergabung dalam holding ultra mikro, layanan yang sediakan Pegadaian semakin luas. Salah satunya ke pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR). Mulai Juni 2022, Pegadaian resmi menjadi lembaga penyalur KUR. Kala itu, Pegadaian resmi menjadi penyalur ke-44 dengan plafon KUR yang bisa disalurkan sebesar Rp 5,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×