Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perbankan masih akan dibayangi keterbatasan likuiditas. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan dana pihak ketiga (DPK) tidak tumbuh atau stagnan di tahun 2016 dan tahun 2017 mendatang. Hal itu dikarenakan kelesuan ekonomi membuat pendapatan masyarakat dan korporasi turun, sehingga dana simpanan yang mengalir ke perbankan menjadi sedikit.
Doddy Ariefianto, Plt Direktur Grup Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan LPS mengatakan, DPK tidak akan tumbuh jika kredit tidak dapat lari kencang, karena sumber dana bank berasal dari buah hasil kredit.
"Kami memprediksi bank akan mencatat pertumbuhan DPK sebesar 12,3% di tahun 2016 dan sebesar 12,6% di tahun 2017," kata Doddy kepada KONTAN, Jumat (8/1).
Deposito masih akan mendominasi sumber dana dengan porsi 40%-50% terhadap total DPK. Sedangkan, tabungan akan memiliki porsi 30% dan giro memperoleh porsi 20%.
Nah, deposito yang masih akan merajai DPK akan membuat bunga simpanan masih tinggi. "Perang bunga simpanan akan terjadi jika perbankan membidik pertumbuhan kredit sebesar 14% di tahun ini," tambahnya.
LPS sendiri memprediksi pertumbuhan kredit sebesar 13,0% di tahun 2016 dan sebesar 14,4% di tahun 2017.
Doddy bilang, sektor kredit yang menjadi penopang adalah kredit infrastruktur karena pemerintah mulai merealisasikan proyek-proyek infrastruktur melalui peletakan batu pertama atau ground breaking. Dan sektor kredit yang akan menyokong adalah kredit manufaktur dan listrik.
Kondisi kredit yang akan lebih tinggi dibandingkan dana membuat rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) diprediksi berada di level 89,1% per tahun 2016 dan 90,5% di tahun 2017.
Sejak tahun 2012, perbankan membukukan kenaikan rasio LDR karena pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan sumber pendanaan.
Berdasarkan data terakhir, DPK tercatat tumbuh 8,95% menjadi Rp 4.370,40 triliun per Oktober 2015 dibandingkan posisi Rp 4.011,36 triliun per Oktober 2014. Sedangkan, secara bulan ke bulan tercatat turun 2,10% menjadi Rp 4.370,40 triliun per Oktober 2015 dibandingkan posisi Rp 4.464,08 triliun per September 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News