kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengukur prospek bank digital dengan adanya digital maturity assessment


Rabu, 03 November 2021 / 08:50 WIB
Mengukur prospek bank digital dengan adanya digital maturity assessment
ILUSTRASI. Petugas keamanan berada di?dekat logo Bank Jago di Jakarta.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama dan Suria Suria Darma Kepala Riset Samuel memandang prospek saham bank digital masih cukup baik ke depan.

Menurut Okie, aturan OJK itu dan DMAB itu dapat memperkuat fundamental bank digital tersebut karena holding dari bank akan berkomitmen melakukan ekspansi dengan akselerasi teknologi.

"Terkait aturan dapat memperjelas arah bank digital ke depan, sehingga investor juga akan mengukur dan lebih berhati - hati. Ini dampaknya positif ke saham bank," katanya pada KONTAN, Selasa (2/11).

Dia mengatakan, jumlah user merupakan indikator untuk menilai bank digital karena jumlah pengguna itulah yang akan menopang pertumbuhan bisnis mereka ke depannya. Menurutnya, ARTO dan AGRO merupakan saham yang menarik dari bank digital.

Suria juga sepakat bahwa menilai valuasi bank digital berbeda dengan bank konvensional. Jumlah user bisa dijadikan untuk memproyeksi nilai bank ke depan karena dari jumlah itu bisa diasumsikan besaran dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang akan didapat ke depan.

Meskipun prospek bank digital tetap besar, Suria menekankan untuk memperhatikan bank mana yang akan survive dan mana yang tidak. Menurutnya, dalam melihat prospek bank per bank harus dibedakan antara bank digital penuh dan bank yang melakukan proses digitalisasi.

Baca Juga: OJK dukung kebijakan keuangan berkelanjutan di Indonesia

Suria sepakat dengan adanya DMAB yang dibuat OJK sehingga jangan sampai ada bank yang belum atau malah tidak berencana menjadi bank digital tetapi menggunakan embel-embel digital hanya sekadar meningkatkan harga saham.

Berbeda dengan Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia. Dia bilang, ciri utama bank digital lebih mengandalkan IT daripada SDM dan jumlah cabang. Saat ini semua bank besar sudah mengarah ke sana sehingga pada akhirnya semua akan jadi bank digital pada waktunya.

Dengan begitu, Budi memandang metode penilaian valuasi bank tidak akan berbeda secara signifikan. 

"Di mata saya, bank kecil yang mengklaim sebagai bank digital itu kemahalan sehingga saya tidak  berani membelinya. Saya selalu menimbang dua sisi dalam investasi saham yakni risiko dan return. Potential gain bank kecil digital yang PBV-nya  duatas 5x sudah tidak sesuai dengan downside risikonya," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×