Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan investor Jepang di industri perbankan tanah air tak perlu diragukan lagi. Cengkeramannya dalam beberapa tahun terakhir semakin kuat dengan harapan mampu menguatkan kinerja bank yang dimiliki.
Memang, baru-baru ini salah satu investor asal Jepang, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, telah melepas 200 juta saham PT Bank BTPN Tbk (BTPN) dan mengurangi kepemilikannya dari 92,43% menjadi 89,98%. Hanya saja, itu untuk memenuhi aturan minimum saham free float.
Berdasarkan aturan BEI, setiap emiten harus memenuhi batas minimum free float sebesar 7,5% paling lambat pada 21 Desember 2023, sementara BTPN awalnya hanya memiliki 5,06%. Setelah SMBC melepas beberapa kepemilikannya, BTPN telah memenuhi aturan dengan saham free float sebesar 7,72%.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Industri Budi Frensidy berpendapat bahwa penjualan saham tersebut memang hanya untuk memenuhi aturan. Ia tak melihat tak ada keinginan SMBC untuk keluar dari bisnis bank tersebut.
Baca Juga: Bank BTPN Dorong Pemberdayaan untuk Pembangunan Berkelanjutan Lewat Daya Fest 2023
“Komitmemen investor Jepang masih besar, paling berkurang kepemilikannya sedikit SMBC,” ujar Budi.
Meski demikian, Budi melihat dampak adanya investor Jepang di industri perbankan Indonesia tak begitu banyak terlihat. Padahal, dirinya melihat ada pelajaran-pelajaran dari perbankan Jepang yang bisa diimplementasikan tanah air.
Menurutnya, dampak yang saat ini terlihat hanya sebatas modal bank yang jadi besar dengan CAR yang tinggi juga, rata-rata 27%. Di mana, itu membuat bank tersebut memiliki laba yang lebih besar.
“Harapannya spread turun sesuai dengan kondisi di Jepang tapi ini tidak pernah terjadi,” ujar Budi.
Sementara itu, bank-bank yang kini dimiliki investor asal Negeri Sakura mengaku mendapat dampak yang signifikan setelah masuknya mereka. Salah satunya PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) yang mendapatkan akses ke kapabilitas, expertise dan jaringan global MUFG.
Chief Strategy Officer Bank Danamon Reza Iskandar Sardjono bilang kolaborasi MUFG membuka potensi peluang bisnis untuk Danamon. Berkat kolaborasi dengan MUFG, sampai dengan kuartal III-2023, telah terjalin 539 deals dengan sinergi loan yang dihasilkan mencapai Rp 19,8 triliun.
Selain itu, ia bilang jaringan MUFG ini selain dinikmati Danamon juga membawa manfaat bagi nasabah Danamon. Dalam hal ini Danamon dan Partner Bank dalam jaringan MUFG secara berkala mengadakan Business Matching, event networking antara nasabah Danamon dengan nasabah dari bank partner MUFG di berbagai negara
“Ini memudahkan mereka (nasabah) dalam menjalin bisnis,” ujarnya.
Reza menambahkan, dukungan MUFG pada Danamon dalam berinvestasi di infrastruktur TI, Digital, peningkatan kualitas SDM, Branding dan Jaringan Kantor Cabang Danamon juga telah dilakukan beberapa tahun terakhir ini dan masih akan berlanjut ke depannya.
Baca Juga: Ramai Akuisisi, Bank Semakin Gencar Kejar Bisnis Perusahaan Pembiayaan
“Pengembalian investasi-investasi ini tentunya membutuhkan waktu, tetapi baik Danamon dan MUFG sama-sama meyakini bahwa hal ini krusial untuk dilakukan karena merupakan pondasi yang kuat untuk meraih pertumbuhan jangka panjang yang lebih sustainable,” ujarnya.
Direktur Bisnis J Trust Bank Widjaja juga mengungkapkan keberadaan investor Jepang yaitu J Trust Co., Ltd. mampu memiliki dampak signifikan dalam bisnis J Trust Bank selama ini.
Selain untuk pemenuhan modal, Widjaja bilang pihaknya terbantu dengan kerja sama perusahaan dari jepang yang akan investasi ke indonesia. Ditambah, mampun membuka market di komunitas Jepang dan Korea.
“Kita juga bisa alih pengetahuan,” ujar Widjaja.
Meski demikian, Widjaja bilang belum ada rencana terdekat yang dilakukan pemegang saham pengendalinya tersebut untuk menambah modal. Hanya, pesan dari pemegang saham untuk J Trust Bank Indonesia bisa berkembang lebih cepat dengan cara-cara yang prudent.
“Untuk penambahan modal, pasti sudah dipikirkan oleh pemegang saham agar bank terus dapat berkembang menjadi lebih besar,” ujarnya.
Sebagai informasi, J Trust Bank telah menutup sembilan bulan pertama tahun ini dengan kinerja yang cukup postif. Bank milik investor asal Jepang ini menorehkan pertumbuhan laba hingga 30,84% secara tahunan (YoY).
Per 30 September 2023, BCIC mencatat laba periode berjalan senilai Rp 111,34 miliar. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya senilai Rp 85,06 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News