kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Menilik Nilai Transaksi Akuisisi Perusahaan Multifinance, Murah atau Mahal?


Selasa, 12 Juli 2022 / 14:03 WIB
Menilik Nilai Transaksi Akuisisi Perusahaan Multifinance, Murah atau Mahal?
ILUSTRASI. Penjualan mobil bekas di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Senin (16/5). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/05/2022.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, tak hanya tren bank-bank kecil saja yang menjadi sasaran untuk diakuisisi. Sebab, beberapa perusahaan multifinance pun juga menjadi salah satu incaran dengan kebanyakan untuk bertransformasi menjadi digital.

Terbaru di tahun ini ada emiten multifinance, PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) yang bakal kedatangan pemegang saham pengendali baru, yaitu perusahaan asal Korea Selatan, Woori Card Co., Ltd.

Woori Card akan membeli 82,03% saham atau setara 2,19 miliar lembar saham dengan nilai transaksinya mencapai sekitar Rp 1 triliun. Adapun, 74,22% saham tersebut merupakan milik PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII) dan sisanya milik beberapa pemegang saham lainnya yang tidak disebutkan.

Direktur Utama BPII Rudi Setiadi bilang tujuan dari transaksi penjualan saham tersebut adalah untuk meningkatkan performa keuangan perseroan. Serta akan menggunakan dana hasil transaksi untuk diinvestasikan pada berbagai instrumen keuangan yang dapat memberikan tambahan pendapatan dari hasil investasi.

Baca Juga: Ada Kenaikan Aset 26,5% pada Tahun 2021, Ini Penjelasan KDB Tifa Finance

“Perseroan juga dapat lebih fokus pada pengembangan usaha pada entitas anak Perseroan pada bidang usaha Manajer Investasi, Asuransi Umum, dan Jasa Transportasi serta melihat potensi usaha baru yang dapat meningkatkan nilai perseroan ke depannya,” ujar Rudi.

Sebelumnya, ada startup asal Singapura Honest Financial Technologies International Private Limited (Honest) yang juga mengakuisisi perusahaan multifinance milik PermataBank, PT Sahabat Finansial Keluarga yang telah berubah nama menjadi PT Honest Financial Technologies.

Honest telah memiliki 71,21% saham dalam PT Honest Financial Technologies dengan waktu itu nilai transaksinya mencapai Rp 241,49 miliar.  PermataBank tetap masih berhak atas 28,79% saham dalam perusahaan pembiayaan tersebut.

Selain itu, ada juga startup di bidang penyedia jasa pembayaran, Xendit yang bakal mencaplok perusahaan hasil merger PT Globalindo Multi Finance dan PT Emas Persada Finance.

Nilai transaksinya pun belum diumumkan, namun setidaknya aksi ini dilakukan setelah akhir tahun lalu mengantongi dana senilai US$150 juta atau setara Rp2,1 triliun dalam pendanaan Seri C yang dipimpin Tiger Global Management.

Baca Juga: Indomobil Finance Terbitkan Obligasi Rp 600 Miliar

Tak hanya, mengincar perusahaan multifinance, Xendit juga mulai masuk pada bisnis perbankan. Dimana, startup ini telah memiliki 14,96% saham dari Bank Sampoerna untuk memperkuat infrastruktur teknologi di bank tersebut.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan bahwa untuk melihat harga akuisisi atau merger tidak ada yang pas nilainya. Menurutnya, ada beberapa aspek yang diperhitungkan oleh pihak yang melakukan aksi tersebut.

Ia pun mencontohkan akuisisi Twitter, perusahaan teknologi yang hanya berdasarkan cuitan, dinilai US$ 44 miliar oleh Elon Musk. Ia berpendapat angkat tersebut terbilang mahal, namun ada kemungkinan peluang yang dilihat oleh Musk hingga dinilai demikian.

“Mulai dari motif oportunistik, motif irasional, motif sinergi, motif strategis, motif finansial dan berbagai hal lainnya.. Hal inilah yang menjadikan aksi merger dan akuisisi menjadi bernilai di mata pelaku pasar dan investor,” ujar Nico.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno pun bilang bahwa industri multifinance ini memang masih memiliki daya tarik, terlebih untuk memperluas layanan dari perusahaan teknologi yang mengakuisisinya.

Ia mencontohkan misal ada fintech P2P lending mengakuisisi perusahaan multifinance karena industri ini bisa lebih leluasa untuk mendapatkan pendanaan yang nantinya disalurkan pada peminjam.

“Kalau multifinance itu kan bisa minjam uang dari bank, dari lender, nanti dia bisa bertanggung jawab kalau bermasalah. Dia bukan hanya mempertemukan tapi kalau nanti nasabahnya macet, dia bisa bertanggungjawab,” ujar Suwandi.

Sementara itu, Suwandi pun melihat kemungkinan adanya akuisisi multifinance ke depan masih terbuka lebar. Ditambah, kemungkinan multifinance-multifinance yang diakuisisi ini beralih ke digital pun juga ada mengingat beberapa perusahaan yang mengakuisisi adalah perusahaan berbasis teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×