Reporter: Nina Dwiantika | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Pelemahan ekonomi domestik dan global, rupanya tidak menyulut kenaikan kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) beberapa bank besar pada kuartal III 2013 justru menurun.
Bank BNI misalnya, mencatat penurunan NPL dari 3,4% pada kuartal III 2013 menjadi 2,4% pada kuartal III 2012. Gatot M. Suwondo Direktur Utama BNI, mengatakan pihaknya berhati-hati dan selektif mengucurkan kredit.
Selain itu, BNI terus meningkatkan pemantauan kinerja kredit sebagai bagian early warning system, sehingga kualitas kredit membaik. "BNI juga meningkatkan rasio pencadangan, dari 120,4% di kuartal III 2012 menjadi 125,2% di kuartal III 2013," kata Gatot.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mencatat penurunan NPL per kuartal III 2013, menjadi 1,77%. Sulaiman Arif Arianto, Managing Director BRI, mengatakan BRI sudah menyiapkan penurunan NPL sejak dua tahun lalu. Saat itu, NPL kredit menengah BRI mencapai 7%. BRI menjalankan strategi konsolidasi untuk memangkas NPL dengan memantau usaha debitur dan memberikan toleransi bagi debitur yang mengalami masalah kredit, tapi bertransaksi melalui BRI.
Sulaiman mengatakan, NPL hampir semua sektor kredit di BRI telah turun. Beberapa sektor yang masih memiliki NPL tinggi adalah sektor menengah sebesar 5% dan sektor kecil dan komersial sebesar 3,94%.
Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon, menyampaikan penurunan NPL bukan karena ekonomi telah membaik. Danamon mencatat semua segmen kredit mengalami penurunan NPL, kecuali segmen mass market dan usaha kecil dan menengah (UKM) komersial.
Pada September 2013, NPL Danamon turun menjadi 2,2% dibandingkan periode sama tahun 2012 sebesar 2,4%. Vera belum dapat memprediksi, apakah penurunan NPL akan bertahan hingga akhir tahun 2013 dan berlanjut hingga tahun depan. Maklum, kondisi ekonomi masih belum stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News