Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Gejolak ekonomi berpotensi menekan modal bank. Kali ini, lampu kuning menyala di industri perbankan syariah. Indikasinya dari hasil stress test yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan acuan kurs rupiah tembus Rp 15.000.
Hasil uji tekan itu mengungkapkan, pelemahan rupiah memicu kenaikan rasio pembiyaan bermasalah (NPF) sehingga menggerus modal atau capital adequacy ratio (CAR) bank syariah. Padahal, perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak awal tahun ini sudah membuat modal tiga bank syariah di bawah ketentuan.
Direktur Penelitian, Pengembangan, Pengaturan, dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Dhani Gunawan Idat mengatakan, mengacu aturan Basel III, rasio kecukupan modal perbankan syariah minimal 13% sampai 14%. “Kalau CAR sudah di bawah 14%, bank kita dorong bank untuk melakukan penambahan modal,” ujar Dhani, pekan lalu.
Dhani menambahkan, penurunan CAR tiga bank syariah tersebut terjadi karena kenaikan NPL yang disertai pembiayaan berjalan stagnan. Mengutip laporan keuangan bank syariah terbitan OJK, CAR tiga bank yang masih di bawah level 13% adalah BRI Syariah dengan CAR 11,03%, Bank Syariah Mandiri (BSM) yaitu 11,97%, dan BJB Syariah yaitu 12,20%.
Suntik modal
Direktur Keuangan Bank Syariah Mandiri, Agus Dwi Handaya mengatakan, pihaknya menempuh sejumlah strategi untuk memupuk modal. Misal, Bank Mandiri sebagai induk usaha bakal menyuntik tambahan modal Rp 500 miliar di September ini.
“Dari suntikan modal, modal inti bisa naik menjadi Rp 5,8 triliun dari posisi Rp 4,7 triliun,” ujar Agus kepada KONTAN, Minggu (06/9). Pasca suntikan modal, CAR BSM menjadi 12,5%-13,4%.
Strategi lain, menekan NPF gross di bawah 6,5% dan NPF nett di bawah 5%. Per Juni 2015, NPF gross BSM naik menjadi 6,67% dari 6,46% di Juni 2014. Pemicu kenaikan NPF adalah memburuknya kualitas pembiayaan sektor batubara, gas dan minyak.
BRI Syariah juga bekerja keras memupuk modal demi memenuhi ketentuan Basel III. Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo bilang, setelah mendapatkan suntikan modal dari induk usaha yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada Juli 2015, CAR BRI Syariah membaik ke level 14% dari sebelumnya 11%.
Sekretaris Perusahaan BRI Syariah, Lukita Prakasa mengatakan, suntikan modal Rp 500 miliar itu menggemukkan modal inti BRI Syariah menjadi Rp 1,66 triliun atau tumbuh 1,84% sehingga bisa masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU II).
Kendati masih dalam batas aman, Bank Bukopin Syariah bersiap melancarkan upaya untuk meningkatkan rasio kecukupan modal. Direktur Bank Syariah Bukopin (BSB) Adil Syahputra mengatakan, pihaknya tengah memproses penambahan modal dari sang induk senilai Rp 350 miliar.
Dengan penambahan modal tersebut, CAR BSB bakal naik ke level 16% dari 14,1% per Juni 2015. Cara lain, mencari partner strategis dan menggelar penawaran saham perdana (IPO). “Partner strategis sudah ada dari asing dan dalam negeri, namun masih mencari yang punya misi dan visi yang sejalan,” ujar Adil.
Gambaran saja, NPF gross bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) mencapai 4,8%, hampir menyentuh level aman 5%, per Juni 2015, naik dari 3,9% per Juni 2014. Sementara CAR turun dari 16,85% ke 14,29%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News