Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perbankan di Indonesia menghadapi tantangan meningkatnya kredit macet atau non-performing loan (NPL) pada sektor kredit pemilikan rumah (KPR).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), per Januari 2025, rasio NPL KPR industri perbankan tercatat 2,84%, meningkat dari 2,53% pada periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, outstanding kredit KPR tetap mengalami pertumbuhan 10,80% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Namun, angka ini melambat dibandingkan Januari 2024, yang mencatatkan pertumbuhan 12,59% YoY.
Baca Juga: Kredit Macet Naik, Biaya Cadangan Bank Ditambah
Penyebab Lonjakan NPL KPR
Executive Vice President (EVP) Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA Welly Yandoko, mengungkapkan bahwa peningkatan NPL KPR dipicu oleh beberapa faktor utama, seperti:
- Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tinggi.
- Melemahnya daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi.
Di BCA, Welly mengakui adanya kenaikan NPL KPR yang tersebar di berbagai segmen, meskipun tidak terkonsentrasi di satu kategori tertentu.
“Kenaikan ini terjadi sejak kuartal kedua 2024. Namun, pada akhir 2024, angka NPL KPR BCA turun ke 1,26%, lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang mencapai 2,61%,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3).
Baca Juga: Rasio Kredit Macet Bank KBMI 4 Membaik di 2024, NPL Bank Mandiri Terendah
Strategi BCA dalam Mengatasi NPL KPR
Untuk mengantisipasi kenaikan NPL, BCA menerapkan strategi mitigasi risiko, antara lain:
- Monitoring ketat terhadap kualitas kredit, sehingga tindakan korektif dapat dilakukan lebih cepat.
- Pendekatan Know Your Customer (KYC) guna memastikan kemampuan bayar calon debitur.
- Pemanfaatan analisis data dan credit scoring untuk menyaring nasabah yang lebih berisiko.
Dengan strategi ini, Welly optimistis rasio NPL KPR di BCA akan tetap terkendali.
BTN Alami Kenaikan NPL, Fokus pada Debitur Berisiko Rendah
Strategi mitigasi serupa juga diterapkan oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN, yang mencatat kenaikan NPL KPR subsidi dan nonsubsidi sepanjang 2024.
NPL KPR subsidi naik dari 1,5% (Desember 2023) menjadi 1,7% (Desember 2024). Sedangkan, NPL KPR nonsubsidi meningkat lebih signifikan, dari 2,0% menjadi 3,7% pada periode yang sama.
Menurut Director Risk Management BTN Setiyo Wibowo, kenaikan NPL ini sebagian besar disebabkan oleh debitur yang sebelumnya mengikuti program restrukturisasi akibat pandemi Covid-19, tetapi belum mampu kembali ke skema pembayaran normal.
“Kondisi ekonomi makro, termasuk tren suku bunga tinggi dan PHK yang meningkat, juga turut memperburuk rasio kredit macet KPR,” jelas Setiyo kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: BBRI Putihkan Kredit Macet 69.000 UMKM, Cek Potensi Pendapatan yang Menguap
Untuk menekan angka NPL, BTN menerapkan berbagai langkah strategis, seperti:
- Mengetatkan seleksi calon debitur dengan fokus pada segmen risiko rendah hingga moderat.
- Memprioritaskan debitur dengan histori kredit baik, seperti first home buyer dan pegawai tetap.
- Meningkatkan penggunaan teknologi dalam manajemen risiko, seperti: Decision engine untuk analisis kredit, updating credit scoring secara otomatis, dan automasi verifikasi data nasabah guna mempercepat proses keputusan kredit.
- Memperkuat unit kerja penagihan (collection & recovery) dengan: menambah jumlah tenaga kerja dan mengoptimalkan teknologi dalam strategi penagihan.
Setiyo memperkirakan pertumbuhan NPL KPR BTN pada 2025 akan berada di kisaran 5-10%, seiring dengan program pemerintah "3 Juta Rumah", yang tetap mendorong ekspansi kredit perumahan dengan pendekatan selektif.
Adapun, nilai outstanding NPL KPR BTN pada 2024 mencapai: KPR subsidi: Rp 2,96 triliun dan KPR nonsubsidi: Rp 1,59 triliun.
Selanjutnya: Nasabah Bank Nobu Kini Bisa Pakai QRIS Tap untuk Pembayaran
Menarik Dibaca: JEC Eye Hospitals Beberkan Mitos dan Fakta Seputar Glaukoma
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News