Reporter: Issa Almawadi | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Tren konglomerasi perbankan alias bank yang memiliki banyak anak usaha di sektor keuangan terus berkembang. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun terus mematangkan rencana meningkatkan pengawasan konglomerasi bank. Salah satunya, mendorong anak usaha perbankan melantai di bursa saham.
Hingga saat ini, perbankan masih mendominasi aset keuangan. Sebanyak 16 bank besar membentuk konglomerasi lembaga keuangan. Aset mereka mencapai 56% dari total aset industri keuangan.
Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengatakan banyak lembaga keuangan di Indonesia yang merupakan bagian dari grup yang sama. Ini menunjukkan, hubungan setiap lembaga di industri keuangan semakin dekat.
Karena itu, OJK perlu mengetahui dengan pasti hubungan lembaga-lembaga tersebut. Sebab, anak usaha suatu bank, misalnya, akan berpengaruh terhadap kinerja bank yang menjadi induk. "Kinerja anak usaha bisa merusak kinerja induk," kata Muliaman.
OJK akan meminta anak usaha bank dikelola oleh sumber daya manusia (SDM) yang baik. Induk dan anak usaha harus membangun internal audit dan manajemen risiko yang terintegrasi. Dengan begitu, apa yang terjadi di anak perusahaan bisa dimonitor dengan baik.
Muliaman juga mendorong anak usaha bank melakukan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). Tujuannya, untuk memastikan anak usaha bank menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik alias good corporate governance (GCG) dan manajemen risiko yang baik.
Bank belum tertarik
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), mengatakan pada prinsipnya, anak perusahaan memang harus ditata secara baik sehingga bisa berkembang dan nantinya siap IPO. "Kalau pasar sedang baik," kata Jahja.
BCA memiliki enam anak usaha, yakni BCA Syariah, BCA Finance, Central Sejahtera Insurance, CS Finance, BCA Finance Limited dan BCA Sekuritas. Jahja mengatakan, anak usaha BCA memang sudah menguntungkan. Namun, ukuran perusahaan masih kecil. "Kemungkinan, IPO hanya bisa dilakukan dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun mendatang," kata Jahja.
Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank BNI, menilai permintaan OJK agar anak usaha bank melantai di bursa saham hanya saran, agar pasar modal di masa mendatang lebih ramai. Saat ini, BNI memiliki empat anak usaha yang terdiri dari Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance.
Namun, dalam waktu dekat Bank BNI belum berencana melakukan IPO terhadap keempat anak usaha tersebut. "Belum ada pemikiran untuk IPO," kata Gatot.
Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon, mengatakan Bank Danamon cukup mengawasi anak usahanya. Kini kinerja anak usaha cukup baik. Karena itu, Danamon belum akan menjadikan dua anak perusahaannya, Adira Insurance dan Adira Kredit, menjadi perusahaan terbuka. Saat ini, baru Adira Dinamika Finance yang menjadi perusahaan terbuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News