kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -33.000   -1,68%
  • USD/IDR 16.605   3,00   0,02%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

OJK Ingatkan Perbankan Lebih Hati-Hati Salurkan Kredit Terhadap Industri Tekstil


Kamis, 01 Mei 2025 / 19:23 WIB
OJK Ingatkan Perbankan Lebih Hati-Hati Salurkan Kredit Terhadap Industri Tekstil
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang pecahan dolar AS di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (11/10/2024). Otoritas Jasa Keuangan menilai Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) termasuk kulit dan alas kaki masih cukup menjanjikan.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan menilai Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) termasuk kulit dan alas kaki masih cukup menjanjikan. Ini karena industri TPT menjadi penopang ekonomi nasional dan merupakan salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (padat karya).  

Hal ini dilihat dari meningkatnya realisasi investasi di sektor TPT menjadi Rp 39,21 triliun pada 2024 atau naik 31,1% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 29,92 triliun.

Selain itu, pada kuartal I/2025, sebanyak 4 perusahaan di sektor Tekstil dan Pakaian Jadi telah mengantongi Surat Keterangan Usaha (SKU) dengan nilai investasi keseluruhan mencapai Rp 304,43 miliar. 

Baca Juga: Revisi Beleid Impor Berpotensi Selamatkan Industri Tekstil

Industri TPT juga menyerap 3,87 juta tenaga kerja atau 20,51% terhadap total serapan tenaga kerja sektor manufaktur. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor TPT mencapai USD 1,02 miliar per Feb-25 atau naik 1,41% secara bulanan.  

Pada posisi Februari 2025, pembiayaan kredit perbankan kepada industri pengolahan TPT (Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit, dan Alas Kaki) juga tercatat sebesar Rp 103,55 triliun, tumbuh 0,19% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan dengan Februari 2024.

Dilihat secara lebih rinci, kredit pengolahan kulit dan alas kaki masih mencatatkan pertumbuhan yang tinggi masing-masing 14,14% dan 3,54%, yoy. 

Walau demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (KE PBKN) OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan, seiring dengan kondisi dinamika dan tantangan perekonomian nasional dan global saat ini, perbankan perlu mengedepankan manajemen risiko yang terukur serta prinsip kehati-hatian, terutama dalam kaitan terkait kebutuhan penyaluran kredit.

Baca Juga: Revisi Beleid Impor Berpotensi Selamatkan Industri Tekstil

"Seiring dengan kondisi dinamika dan tantangan perekonomian nasional dan global saat ini serta masih berlangsungnya pertumbuhan pada industri TPT tersebut, dukungan stakeholders termasuk sinergi dengan perbankan akan mendukung pengembangan industri TPT yang merupakan salah satu penopang dalam pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Dian kepada kontan.co.id, Rabu (30/4).

Menurut Dian, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan permintaan domestik seperti yang disampaikan Presiden dalam Saresehan Ekonomi yang lalu yang disertai kebijakan perdagangan, industri dan investasi tekstil yang mendukung akan sangat membantu meningkatkan kinerja TPT dan sangat diharapkan untuk mengatasi disrupsi industri TPT.

Antara lain tingginya biaya produksi dan impor tekstil ilegal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko kredit bagi industri perbankan yang menyalurkan kredit pada industri TPT. 

"Regulasi pemerintah terkait trade policy, industrial policy dan investment policy sangat diharapkan untuk mengatasi disrupsi industri TPT, antara lain tingginya biaya produksi dan impor tekstil ilegal, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kredit bagi industri perbankan yang menyalurkan kredit pada industri TPT," tuturnya.

Sementara Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, industri tekstil memang banyak tantangannya saat ini terutama dengan banyaknya produk impor dari China dan India ke Indonesia.

Baca Juga: Kemenperin Targetkan Restrukturisasi Mesin untuk 21 Industri Tekstil dan Alas Kaki

"Bila terdapat peningkatan kredit ke sektor tekstil perlu selektif sehingga dapat tetap berkualitas," kata Trioksa.

Trioksa juga menyebut, tren penyaluran kredit ke tekstil masih tetap menarik namun bank perlu memperhatikan risiko bisnis tekstil dengan banyaknya impor tekstil dari luar negeri.

"Pemerintah juga perlu melindungi industri tekstil dalam negeri sehingga dapat bersaing dengan produk impor, insentif juga diperlukan seperti insentif pajak maupun insentif lainnya," imbuhnya.

Adapun Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja berpandangan portofolio kredit untuk sektor tekstil masih tergolong baik. Walau ia tak membeberkan angkanya, hanya saja Parwati bilang porsinya di atas single digit.

Baca Juga: Prabowo Dorong Bank Alirkan Kredit ke Sektor Tekstil

Menurutnya, jika berbicara mengenai industri tekstil ini tentu cukup relatif. Artinya, kualitas kredit yang dimiliki pun tak selalu buruk.

Terlebih, perusahaan disebut cukup memahami terkait industri tekstil ini. "Jadi, selama ada nasabah di sektor ini yang membutuhkan, OCBC siap melayani sesuai porsinya. Jadi untuk NPL tidak lebih tinggi daripada industri,” tandasnya.

Selanjutnya: Produksi Nikel Matte Vale Indonesia (INCO) Terkoreksi, Simak Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Ini Peluang dan Tantangan dari Indonesia yang Mendapat Pengenaan Tarif Resiprokal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×