Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menerapkan sejumlah upaya untuk mendorong perusahaan multifinance meningkatkan penyaluran pembiayaan ke sektor produktif di 2025. Sejumlah upaya tersebut telah tertuang dalam roadmap fintech P2P lending 2023-2027 dan perusahaan pembiayaan 2024-2028.
Menanggapi hal ini, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mengatakan bahwa perusahaan terus meningkatkan penyalurannya ke sektor produktif. Hal ini tercermin dari total pembiayaan modal kerja atau untuk sektor UMKM yang naik hingga Desember 2024.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman menyebutkan bahwa sampai dengan Desember 2024, pembiayaan modal kerja atau Usaha mikro kecil menengah (UMKM) mencapai sebesar Rp 1,74 triliun.
“Nilai tersebut naik dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya,” kata Ristiawan kepada Kontan, Jumat (17/1).
Baca Juga: OJK Beri Sanksi 14 Multifinance dan 27 Fintech Lending di Desember 2024
Selain itu, Ristiawan mencatatkan piutang pembiayaan produktif CNAF yang terdiri dari pembiayaan investasi dan modal kerja mencapai Rp 1,73 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 23% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya senilai Rp 1,40 triliun.
“Di tahun 2024, di tengah kondisi penurunan daya beli konsumen, CNAF juga mampu mempertahankan kinerja bisnis yang sehat dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Lebih jauh lagi, Ristiawan memproyeksi, penyaluran pembiayaan produktif di tahun 2025, akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2024. Ia mengatakan bahwa melalui penyaluran pembiayaan produktif diharapkan para pelaku usaha dapat memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan usaha mereka.
“CNAF akan hadir memberikan solusi keuangan bagi para pelaku usaha untuk mendapatkan penyaluran modal kerja ataupun investasi,” imbuhnya.
Sementara itu, pada tahun 2025, CNAF menargetkan penyaluran piutang pembiayaan untuk sektor produktif akan naik menjadi Rp 1,81 Triliun. Ristiawan menuturkan bahwa pihaknya optimis dapat mencapai target tersebut dikarenakan potensi untuk sektor pembiayaan produktif masih sangat terbuka lebar.
Adapun untuk upaya yang dilakukan agar penyaluran pembiayaan produktif tetap terjaga di tahun ini, CNAF akan semakin gencar dalam menyalurkan pembiayaan. Kemudian, CNAF juga akan mengedepankan digitalisasi, pengajuan pembiayaan yang lebih mudah, cepat dan sederhana sehingga masyarakat tidak direpotkan jika ingin mengajukan pembiayaan di CNAF.
“Kami juga menilai potensi untuk sektor produktif masih sangat terbuka lebar di Indonesia sehingga sektor ini masih sangat potensial,” kata dia.
Sedangkan untuk tantangan dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif di tahun ini, Ristiawan menyebutkan diantaranya yaitu, terkait dengan perpajakan yang masih cukup memberatkan. Selanjutnya, kondisi makroekonomi yang belum stabil hingga saat ini.
“Namun CNAF optimis di tahun 2025 ini tetap dapat mencapai target penyaluran pembiayaan produktif sesuai dengan target yang telah ditetapkan,” kata dia.
Selaras dengan hal ini, Perusahaan pembiayaan, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mencatat pembiayaan pada Usaha mikro kecil menengah (UMKM) meningkat sebesar 31% sepanjang tahun 2024.
Chief of Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani M, mengatakan bahwa pada tahun 2025, Adira Finance akan menggenjot penyalurannya ke sektor produktif.
“Karena hingga saat ini penyaluran kami masih didominasi 60% dari sektor konsumtif. Ke depannya, kami akan terus berupaya menyeimbangkan porsi pembiayaan antara konsumtif dan produktif,” kata Gani kepada Kontan, Jumat (17/1).
Baca Juga: OJK Rilis Ketentuan Baru Terkait Pembatasan Pengguna, Ini Kata Kredivo
Gani melihat di tahun 2025, banyak peluang di sektor produktif, terutama dengan meningkatnya permintaan di kalangan UMKM, yang membutuhkan akses pembiayaan untuk mengembangkan usaha mereka.
Secara keseluruhan, Gani mengatakan bahwa mengenai target di tahun 2025, Adira Finance menargetkan kenaikan pada penyaluran pembiayaan baru sekitar 14%.
Untuk mencapai target tersebut, dia menyebutkan bahwa perusahaan akan terus menerapkan inisiatif strategi dengan terus melakukan ekspansi bisnis secara selektif ke daerah-daerah yang memiliki potensi tinggi, terus mengembangkan bisnis non otomotif seperti produk multiguna, dan memperkuat kolaborasi dengan grup untuk meningkatkan customer base.
“Selain itu, kami juga akan terus meningkatkan customer retention melalui penawaran yang lebih baik serta perbaikan proses, seiring dengan inisiatif untuk memperbaiki struktur biaya agar lebih bersaing dengan melakukan proses digitalisasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Gani menilai salah satu tantangan utama dalam penyaluran pembiayaan ke sektor produktif pada tahun ini adalah banyak perusahaan yang masih menunda ekspansi, mengingat kondisi daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dan terus melemahnya permintaan pasar.
Menurunnya, situasi tersebut menciptakan ketidakpastian bagi pelaku usaha, sehingga mereka cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan pengembangan bisnis.
Baca Juga: Mandiri Utama Finance Targetkan Piutang Pembiayaan Syariah Rp 9,6 Triliun di 2025
Selanjutnya: Bocoran Kriteria Penerima Program 3 Juta Rumah Gratis
Menarik Dibaca: OYO Catat Jakarta Jadi Destinasi Liburan Terpopuler Selama Perayaan Tahun Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News