Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan terus melakukan bersih-bersih aset buruk untuk memperbaiki kualitas aset kreditnya. Ini tercermin dari angka hapus buku (write off) perbankan yang kian besar.
Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatat telah melakukan hapus buku senilai Rp 17,7 triliun pada periode enam bulan pertama tahun ini. Angka tersebut setara 79% dari total write off yang dilakukan BRI di 2022.
Peningkatan angka write off juga terjadi pada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) di periode yang sama. Di mana, pada periode enam bulan pertama tahun ini, BTN mencatat sudah melakukan write off sebanyak Rp 2 triliun.
“Naiknya sekitar Rp 500 miliar dibandingkan tahun lalu,” ujar Direktur Risiko BBTN Setiyo Wibowo.
Baca Juga: Bank Himbara Masih Menunggu Aturan Hapus Buku Kredit Macet UMKM
Setiyo menilai write off ini merupakan siklus yang normal setelah rasio kredit macet (NPL) dari bank yang fokus pada kredit properti ini tinggi beberapa tahun terakhir. Ia bilang saat ini NPL yang lama sudah bisa untuk dilakukan write off.
Adapun, pada periode tersebut NPL gross dari BBTN tercatat masih naik 11 bps menjadi 3,66%. Sementara, NPL net naik 71 bps menjadi 1,75%
Ia bilang sampai akhir tahun ini, BTN masih bakal melakukan write off lagi dengan nilai diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun. Setiyo juga menegaskan bahwa proses write off ini dilakukan setelah upaya penagihan telah dilakukan secara maksimal.
“Dan telah dalam kondisi macet yang sudah cukup lama,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada bilang tren write off di BBNI masih seperti tahun lalu. Meski, ada kenaikan sedikit dibandingkan tahun lalu walaupun masih sesuai dengan pencadangan.
“Write off tahun ini kisaran sekitar 1,5% hingga 1,7% dari outstanding kredit,” ujarnya.
Baca Juga: Sudah Sering Lakukan Hapus Buku, Dirut BRI: Aturan Hapus Tagih Tak Berdampak Banyak
David menambahkan bahwa saat ini segmen paling banyak yang dilakukan write off adalah kredit untuk segmen komersial dan kecil. Lebih lanjut, ia bilang kondisi tersebut adalah sesuatu yang normal dan memang prospek bisnisnya sudah tidak mungkin lagi untuk recover.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility Bank Central Asia Hera F Haryn menambahkan untuk write off di BCA dilakukan sesuai dengan kriteria yang ada. Di mana, pada periode semesterI-2023, BCA telah menghapusbuku kredit sebesar Rp 640 miliar.
“Mayoritas pada segmen konsumer,” ujar Hera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News