kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbankan bidik pertumbuhan pendapatan dari trade finance


Kamis, 23 Januari 2020 / 09:31 WIB
Perbankan bidik pertumbuhan pendapatan dari trade finance
ILUSTRASI. Suasana pelayanan nasabah di Bank Rakyat Indonesia (BRI)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menyakini bisnis trade finance masih akan tumbuh tahun ini meskipun masih menghadapi banyak tantangan. Tahun lalu, bisnis ini juga masih menorehkan pertumbuhan tahun lalu.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya masih optimistis bisnis ini akan tumbuh sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor, investasi dan pembangunan infrastrukur.

Baca Juga: Bank BUMN akan perbesar ekspansi bisnis di luar negeri

Meski begitu, BNI hanya menargetkan pendapatan komisi atau fee based income (FBI) single digit dari bisnis trade finance tahun ini.

Bob Tyasika Ananta, Direktur Bisnis International BNI mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan bisnis trade finance, BNI akan menggali potensi transaksi dari berbagai industri baik di dalam maupun di luar negeri.

Lalu, BNI juga akan mengembangkan produk dan layanan yang berbasis digital untuk kemudahan nasabah dalam bertransaksi trade finance. 
"Menyediakan produk dan layanan trade finance yang bersifat tailormade atau customer centric sebagai solusi kebutuhan bisnis dan industri yang bervariasi dalam rangka peningkatan nasabah baru," kata Bob kepada Kontan.co.id baru-baru ini.

Pada tahun 2019, BNI mencatatkan volume transaksi trade finance tumbuh sebesar 6,42% year on year (yoy). Pertumbuhan itu didukung oleh peningkatan volume transaksi ekspor yang naik 12% dan trade dalam negeri naik 27% walaupun volume impor menurun. Produk yg tumbuh paling besar adalah trade dalam negeri yang tumbuh hingga 27%.

Sementara Bank Mandiri melihat prospek bisnis trade finance di tahun 2020 diperkirakan masih relatif stagnan dan akan lebih mengandalkan pertumbuhan pada transaksi perdagangan domestik.

Darmawan, Direktur Bank Mandiri mengatakan, potensi bisnis yang menunjang pencapaian bisnis trade finance di tahun ini berasal dari pembiayaan kepada value chain/supply chain nasabah utama Bank Mandri.

"Sedangkan tantangan yang akan dihadapi yaitu transaksi impor yang masih belum akan membaik dan transaksi ekspor komoditas utama (CPO) yang diperkirakan akan turun karena sebagian pasokan CPO akan dialihkan ke pasar dalam negeri untuk mendukung kebijakan Bio Diesel 30 (B30) pemerintah," kata Darmawan.

Bank Mandiri menargetkan transaksi trade finance Bank Mandiri sebesar Rp 749,56 triliun tahun 2020, termasuk bisnis bank garansi. Dari situ, Bank Mandiri membidik pendapatan komisi ditargetkan sebesar Rp 5,2 triliun.

Baca Juga: Bisnis trade finance BRI tumbuh 18,15%

Pada tahun 3019, transaksi trade finance termasuk bank garansi tumbuh 4,5% yoy. Faktor pendorong pertumbuhan tersebut di tengah tekanan bisnis global yang masih besar di tahun lalu karena Bank Mandiri berhasil meleverage customer base yang cukup besar, terutama pembiayaan kepada Supply Chain (rantai pasok) nasabah-nasabah utama Bank Mandiri.

Pendapatan komisi dari bisnis trade finance yang dihasilkan Bank Mandiri di tahun lalu, termasuk bisnis bank garansi, tumbuh sebesar 14,7% dari tahun sebelumnya. Adapun produk trade finance yang tercatat mengalami pertumbuhan paling besar di tahun 2019 adalah value chain financing transaksi perdagangan domestik.

Adapun BRI membukukan transaksi trade finance US$ 69,12 miliar pada 2019 atau naik 24% yoy. Kenaikan didorong membaiknya harga beberapa komoditas yang ditransaksikan nasabah BRI seperti pertambangan, produk kelapa sawit berserta turunannya, serta adanya peningkatan pelayanan transaksi trade finance dalam negeri (domestik) khususnya pada sektor perdagangan dan infrastruktur.

Produk trade finance BRI yang tercatat tumbuh paling pesat adalah transaksi SKBDN yang bersumber dari aktifitas bisnis domestik seperti perdagangan (barang dan jasa) antar daerah dan pembangunan infrastruktur.

Dari bisnis itu, BRI membukukan pendapatan komisi alias fee based income (FBI) sebesar Rp 1,71 triliun atau tumbuh 29% yoy.

SEVP Treasury & Global Services BRI Listiarini Dewajanti melihat prospek bisnis trade finance akan makin besar tahun ini. "Dinamika geopolitik dan perang dagang masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda mereda yang pada akhirnya menekan permintaan global serta berdampak ekspor Indonesia tumbuh namun terbatas," katanya.

Baca Juga: Bank akan gencar berburu komisi pada tahun depan

Hal tersebut karena, pertama, perang dagang antara AS dan China yang terus belanjut akan menekan kinerja keuangan korporasi di banyak negara sehingga mendorong korporasi tersebut untuk mencari sumber energi yang lebih murah seperti batubara untuk menekan biaya produksi, hingga barang subtitusi dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Tarif impor minyak kedelai dari AS oleh China akan mendorong permintaan produk substitusinya yakni CPO, dimana CPO adalah salah satu komoditas ekspor terbesar dari Indonesia.

Ketiga, arus investasi juga diproyeksikan bakal kembali tumbuh pasca berakhirnya tahun politik, berlanjutnya proyek infrastruktur sebagai motor penggerak perekonomian domestik, serta kondisi finansial yang suportif.

Tahun ini, BRI menargetkan Rp 2,2 triliun fee based income dari bisnis trade finance. Untuk mendorong capaian target itu, BRI akan menyediakan layanan trade finance di seluruh Kantor Cabang perseroan, menyediakan akses ke pasar global bagi para Nasabah UMKM BRI, dan meningkatkan layanan kepada sektor industri / bisnis utama nasabah trade finance seperti pertambangan, produk kelapa sawit beserta turunannya, pulp and paper, perdagangan dan infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×