kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Hati-Hati, Risiko Kredit Macet di Perbankan Tetap Tinggi


Minggu, 19 Oktober 2025 / 14:44 WIB
Hati-Hati, Risiko Kredit Macet di Perbankan Tetap Tinggi
ILUSTRASI. Risiko kredit macet perbankan meningkat, yang tercermin dalam rasio Loan at Risk (LaR) yang tengah mengalami kenaikan. KONTAN/Baihaki/13/5/2025


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah penyaluran kredit yang tumbuh melambat, tampaknya perbankan masih hati-hati dengan risiko kredit macet yang mengintai. Pasalnya, risiko kredit perbankan yang tercermin dalam rasio Loan at Risk (LaR) tengah mengalami kenaikan.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2025 menunjukkan LaR perbankan berada di level 9,73%. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan periode Juli 2025 dan Desember 2024 yang masing-masing berada di level 9,68% dan 9,28%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede membenarkan kenaikan LaR memang terlihat dalam beberapa bulan terakhir. Hanya saja, ia menilai skalanya masih terkendali karena kurang lebih setara dengan level pra-pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pemerintah Kaji Pemutihan Kredit Macet di Bawah Rp1 Juta, Begini Tanggapan Bank

Di lapangan, ia menilai bank sudah mengantisipasi potensi kenaikan risiko dengan beberapa pendekatan, salah satunya penyaluran yang lebih terarah. Ia melihat pola pertumbuhan bergeser ke segmen yang didukung arus kas kuat, terlihat dari kredit investasi yang tumbuh paling tinggi, korporasi tumbuh dua digit, sementara kredit modal kerja dan UMKM lebih pelan. 

“Ini menunjukkan ekspansi tidak berhenti, tetapi lebih selektif dan berbasis kualitas arus kas,” ujar Josua.

Ia melihat secara umum perbankan akan tetap melakukan ekspansi selektif di sisa tahun ini. Dorongan musiman akhir tahun dari percepatan belanja pemerintah dan pelonggaran biaya dana memberi ruang kredit tetap tumbuh sambil menjaga kualitas.

Dengan kata lain, Josua bilang bank tetap menyalurkan tetapi lebih terfokus pada sektor dan debitur yang arus kasnya kuat, misalnya korporasi berfundamental baik, pembiayaan berbasis payroll, dan rantai pasok perusahaan mapan, sembari memperketat pembiayaan di portofolio kredit yang berisiko tinggi.

Baca Juga: Rasio Kredit Macet Bank Digital Meningkat, Biaya Pencadangan Membengkak

Sependapat, Direktur Manajemen Risiko BTN Setiyo Wibowo membenarkan bahwa secara industri terdapat tren kenaikan LaR dan non-performing loan (NPL), terutama di segmen UMKM dan konsumer. Ia bilang hasil diagnosa menunjukkan bahwa peningkatan tersebut disebabkan oleh melemahnya aktivitas usaha dan menurunnya kemampuan bayar di segmen tertentu, khususnya pasca perlambatan ekonomi kuartal lalu.

Di BTN, ia menegaskan pihaknya terus mengantisipasi potensi peningkatan risiko kredit dengan memperkuat langkah-langkah monitoring portofolio dan penanganan dini terhadap debitur yang menunjukkan tanda penurunan kualitas. 

“Saat ini, LaR BTN masih terjaga relatif stabil, dan trennya terkendali sejalan dengan upaya restrukturisasi dan perbaikan kualitas kredit yang terus dilakukan,” ujar Setiyo.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan berpandangan beberapa segmen di ritel dan UMKM memang ada kenaikan NPL mas yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Alhasil, bank memang harus berhati-hati untuk memitigasi risiko ini. 

Baca Juga: Ini Sektor-Sektor Penyebab Kredit Macet di Perbankan

Ia menyebutkan beberapa hal yang bisa dilakukan bank adalah melakukan proactive collection strategy hingga pemilihan nasabah yang lebih baik dari depan. Artinya, penyaluran kredit tentunya akan berjalan sesuai risk appetite dari bank. 

“Untuk Maybank, kami masih tetap menyalurkan kredit tanpa perubahan ke target segmen yang sudah disepakati dari awal tahun,” tambahnya.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang saat ini LaR yang dimiliki oleh CIMB Niaga terbilang positif. Di mana, ia mencatat LaR yang dimiliki oleh CIMB Niaga berada di level 7,7% secara total portofolio. 

“Kami antisipasi kenaikan NPL di beberapa bisnis seperti KPR namun lebih karena balances yang tidak tumbuh,” ujar Lani.

Selanjutnya: IHSG Rawan Lanjut Koreksi, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (20/10)

Menarik Dibaca: IHSG Rawan Lanjut Koreksi, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (20/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×